NGAWI, KOMPAS.com - Polisi melakukan ekshumasi makam GPN (16), siswi kelas X SMAN 3 Taruna Angkasa Madiun yang meninggal tidak wajar pada Rabu (12/6/2024).
Ekshumasi berlangsung di TPU Dusun Alas Pecah, Desa Geneng, Kecamatan Geneng, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, pada Rabu (11/9/2024).
Kasat Reskrim Polres Madiun Kota, AKP Sujarno mengatakan, ekshumasi dilaksanakan untuk memberikan kepastian hukum terhadap meninggalnya siswi tersebut.
“Kegiatan berjalan lancar tidak ada kendala. Untuk pemeriksaan mengambil semua hal yang dibutuhkan oleh ahli,” ujarnya saat ditemui di TPU Dusun Alas Pecah, Rabu.
Baca juga: Buntut Kasus Penjualan Satwa, Pemkab Madiun Kaji Serahkan Umbul Square ke Pihak Ketiga
Penggalian makam GNP dilaksanakan sekitar pukul 09.00 WIB dengan disaksikan oleh kedua orangtua korban Sinela dan Bagus Handono (47).
Pembongkaran dilakukan oleh Polres Madiun Kota secara tertutup. Untuk menjaga kelancaran proses ekshumasi, anggota Polres Ngawi menutup lokasi dengan menggunakan garis polisi.
Pemeriksaan jenazah GNP dilakukan oleh tim Rumah Sakit Bhayangkara Nganjuk dan Kediri, dan selesai sekitar pukul 12.00 WIB.
“Hasil pemeriksaan ditunggu saja, saat ini masih diteliti oleh tim ahli," imbuh Sujarno.
Baca juga: Kasus Penjualan Satwa BKSDA di Madiun Umbul Square, Pemkab Terjunkan Tim Investigasi
Sementara orangtua korban menduga anaknya meninggal tidak wajar. Bagus mengaku mendapat kabar anaknya sakit dan dirawat di IGD Sogaten pada Hari Sabtu (8/6/2024) pukul 10 malam.
“Pada Hari Sabtu (8/6/2024) sekitar pukul 10.00 WIB saya baru dikasih tahu kalau anak saya sudah sakit. Baru dikasih tahu juga kalau kena demam siangnya, dan sudah di IGD Sogaten,” ujar Bagus.
Bagus mengaku anaknya sempat dibawa pulang ke Ngawi, namun karena kondisinya semakin parah korban akhirnya dilarikan ke Rumah Sakit Geneng.
Korban lalu dirujuk ke RSUD Widodo Ngawi dan meninggal pada hari Rabu (12/6/2024).
“Saya mencoba konfirmasi pihak sekolah, hasilnya tidak mengakui ada pemukulan. Saya juga minta jadwal kegiatan sebelum anak saya masuk ke rumah sakit,” ungkapnya.
Atas adanya indikasi kekerasan itu, Bagus kemudian melapor ke Polres Madiun Kota. Namun, laporan tersebut dicabut setelah pihak sekolah dan Polres Madiun Kota mengonfirmasi masalah tersebut.
“Rumah Sakit Widodo juga memberi tahu bahwa meninggal akibat pembengkakan paru-paru cairan, lalu naik ke kepala,” katanya.
Tiga bulan setelah putrinya meninggal, Bagus mengaku menemukan sejumlah bukti percakapan di smartphone dan catatan di buku harian milik korban, yang mengarah pada indikasi kekerasan.
Bagus kembali melaporkan dugaan kekerasan yang menimpa anaknya ke Polres Madiun Kota dengan menyerahkan bukti dan kronologi dugaan adanya tindak kekerasan yang dialami anaknya.
“Sampai akhirnya dilakukan ekshumasi,” ucapnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang