LUMAJANG, KOMPAS.com - Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Lumajang, Jawa Timur berencana merelokasi Kakek Jumadi dan putranya yang tinggal di gubuk bekas tempat memasak air nira.
Untuk diketahui, Jumadi (71) dan putranya R (7), warga Dusun Krajan, Desa Jugosari, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, sudah tujuh tahun tinggal di pondok bekas tempat petani kelapa memasak air nira.
Baca juga: Nasib Jumadi dan Rehan, Ayah dan Anak yang Tinggal di Pondok Bekas Tempat Memasak Air Nira
Mereka tinggal di gubuk itu sejak putranya yang berinisial R berusia dua bulan dan saat ini R berusia tujuh tahun.
Ketua Unit Pengumpul Zakat Kementerian Agama Kabupaten Lumajang Hidayatullah mengatakan, pihaknya sudah berdialog dengan Jumadi dan putranya.
Hasilnya, mereka bersedia diberi alternatif apa pun guna memperbaiki kualitas hidupnya. Baik dengan merehabilitasi total tempat tinggalnya maupun dipindah ke lokasi lain.
Baca juga: Kisah Kevin Mulki, Lulus Masuk Unair pada Usia 16 Tahun
"Kita sudah ketemu dengan Pak Jumadi, intinya beliau mau," kata Hidayatullah di Lumajang, Senin (1/4/2024).
Hidayatullah menambahkan, alternatif terbaik yang ditawarkan untuk ayah dan anak ini adalah dipindahkan ke tempat lain seperti di hunian tetap korban erupsi Gunung Semeru.
Mengingat, lokasi tempat tinggal Jumadi sebetulnya berada di kawan rawan bencana.
Selain itu, relokasi keluarga ini bisa juga bisa dilakukan ke lembaga amil zakat seperti panti jompo maupun pondok pesantren.
"Kalau bapaknya pinginnya di relokasi, tapi secara garis besar diapakan saja mau beliau," tambahnya.
Baca juga: Kisah Perajin Cobek Batu Kali dari Magetan, tetap Bertahan di Saat Banyak yang Memakai Blender
Saat ini, Kemenag Lumajang tengah berkomunikasi dengan aparat desa setempat untuk mencarikan solusi terbaik untuk Jumadi dan Rehan.
Jika memungkinkan untuk direhabilitasi, tempat tinggal Jumadi akan mulai diperbaiki setelah hari raya.
Masalahnya, tempat yang bertahun-tahun ditinggali Jumadi dan anaknya merupakan tanah milik orang lain.
"Kalau untuk direhab kita masih komunikasi, intinya kita siap, tapi masalahnya tempat yang saat ini ditinggali kan bukan tanah Pak Jumadi sendiri, makanya kami masih carikan solusi dengan desa," pungkas dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.