Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Daerah Penghasil Buah Naga Terbesar di Indonesia dan Inovasi Puting Si Naga

Kompas.com - 31/12/2023, 20:16 WIB
Puspasari Setyaningrum

Editor

KOMPAS.com - Kabupaten Banyuwangi dikenal sebagai daerah penghasil buah naga terbesar di Indonesia.

Tanaman hyloreus sp. atau dikenal dengan buah naga memang banyak dibudidayakan oleh para petani di Banyuwangi.

Baca juga: Simak, Tips Sukses Merawat Pohon Buah Naga

Dikutip dari laman Antara (21/03/2022), Data Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Banyuwangi mencatat luas area tanaman buah naga di Kabupaten Banyuwangi pada 2020 adalah sebesar 3.786 hektare, dengan produksi mencapai 82.544 ton per tahun.

Sementara sentra budi daya buah naga Kabupaten Banyuwangi meliputi Kecamatan Purwoharjo, Tegaldlimo, Pesanggaran, Siliragung, Cluring, Srono, Bangorejo, dan Sempu.

Petani buah naga di wilayah ini pada awalnya merupakan petani tanaman pangan yang dalam perkembangannya kemudian beralih komoditas.

Baca juga: Simak, Tips Sukses Merawat Pohon Buah Naga agar Berbuah Lebat

Dilansir dari laman Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian, hampir semua petani di Banyuwangi menanam buah naga.

Di wilayah ini, tanaman buah naga dibudidayakan sebagai kebun monokultur, tanaman tumpang sari atau tanaman sela.

Baca juga: Terangi Buah Naga, Tambah Cuan Petani di Perbatasan

Bahkan masyarakat pun banyak yang memanfaatkan tanaman buah ini sebagai tanaman pagar atau tanaman pekarangan.

Selain karena mudah ditanam dan tidak sulit dalam perawatan, kondisi tanah yang subur dan cuaca panas membuat buah naga dapat tumbuh subur di kabupaten ini.

Meningkatkan Produktivitas dengan Inovasi Puting Si Naga

Dilansir dari laman Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Banyuwangi Arief Setiawan menjelaskan bahwa dahulu produksi buah naga mencapai puncak pada saat musim panen bulan Oktober hingga April.

Namun di luar bulan tersebut, buah naga biasanya tidak berbuah atau disebut dengan masa off-season.

Pada masa tersebut petani buah naga yang menerapkan cara konvensional biasanya akan kesulitan karena tidak bisa memenuhi permintaan pasar, padahal permintaan buah naga meningkat sepanjang tahun.

Sehingga biasanya harga jual buah naga di masa off-season akan cenderung lebih mahal hingga 2-3 kali lipat dari harga normal pada musimnya.

Sebaliknya, ketika musim panen raya seringkali produksi jauh lebih besar daripada permintaan pasar yang menyebabkan harga buah naga di tingkat petani menjadi anjlok.

Penyebab terjadinya siklus ini adalah frekuensi paparan sinar matahari yang membuat tanaman buah naga tidak berproduksi secara maksimal di waktu tertentu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com