Salin Artikel

Kisah Daerah Penghasil Buah Naga Terbesar di Indonesia dan Inovasi Puting Si Naga

KOMPAS.com - Kabupaten Banyuwangi dikenal sebagai daerah penghasil buah naga terbesar di Indonesia.

Tanaman hyloreus sp. atau dikenal dengan buah naga memang banyak dibudidayakan oleh para petani di Banyuwangi.

Dikutip dari laman Antara (21/03/2022), Data Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Banyuwangi mencatat luas area tanaman buah naga di Kabupaten Banyuwangi pada 2020 adalah sebesar 3.786 hektare, dengan produksi mencapai 82.544 ton per tahun.

Sementara sentra budi daya buah naga Kabupaten Banyuwangi meliputi Kecamatan Purwoharjo, Tegaldlimo, Pesanggaran, Siliragung, Cluring, Srono, Bangorejo, dan Sempu.

Petani buah naga di wilayah ini pada awalnya merupakan petani tanaman pangan yang dalam perkembangannya kemudian beralih komoditas.

Dilansir dari laman Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian, hampir semua petani di Banyuwangi menanam buah naga.

Di wilayah ini, tanaman buah naga dibudidayakan sebagai kebun monokultur, tanaman tumpang sari atau tanaman sela.

Bahkan masyarakat pun banyak yang memanfaatkan tanaman buah ini sebagai tanaman pagar atau tanaman pekarangan.

Selain karena mudah ditanam dan tidak sulit dalam perawatan, kondisi tanah yang subur dan cuaca panas membuat buah naga dapat tumbuh subur di kabupaten ini.

Meningkatkan Produktivitas dengan Inovasi Puting Si Naga

Dilansir dari laman Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Banyuwangi Arief Setiawan menjelaskan bahwa dahulu produksi buah naga mencapai puncak pada saat musim panen bulan Oktober hingga April.

Namun di luar bulan tersebut, buah naga biasanya tidak berbuah atau disebut dengan masa off-season.

Pada masa tersebut petani buah naga yang menerapkan cara konvensional biasanya akan kesulitan karena tidak bisa memenuhi permintaan pasar, padahal permintaan buah naga meningkat sepanjang tahun.

Sehingga biasanya harga jual buah naga di masa off-season akan cenderung lebih mahal hingga 2-3 kali lipat dari harga normal pada musimnya.

Sebaliknya, ketika musim panen raya seringkali produksi jauh lebih besar daripada permintaan pasar yang menyebabkan harga buah naga di tingkat petani menjadi anjlok.

Penyebab terjadinya siklus ini adalah frekuensi paparan sinar matahari yang membuat tanaman buah naga tidak berproduksi secara maksimal di waktu tertentu.

Diketahui bahwa tanaman buah naga memang sangat senang dengan sinar matahari.

Walau begitu, buah naga sebenarnya merupakan tanaman hortikultura yang bersifat jangka panjang, seperti tanaman jeruk dan jambu.

Hingga kemudian petani menemukan inovasi yang terbukti mampu merangsang tanaman ini untuk berbunga, sehingga buah naga bisa panen sepanjang tahun.

Caranya dengan memberikan stimulasi pada tanaman buah naga dengan memberi cahaya lampu pada malam hari, mulai pukul 18.00 sampai dengan 05.00.

Inovasi ini kemudian dikenal dengan sebutan Puting Si Naga yang merupakan akronim dari Penggunaan Lampu Tingkatkan Produksi Buah Naga.

Melalui inovasi ini, petani buah naga di Banyuwangi dapan memanen buah naga sepanjang tahun dan mampu memenuhi permintaan pasar dengan harga yang lebih menguntungkan.

Dampaknya, pendapatan dan kesejahteraan petani buah naga di Banyuwangi juga semakin meningkat.

Petani Buah Naga Mendapat Dukungan dari PLN

Terkait inovasi tersebut, PT PLN (Persero) juga memberikan dukungan kepada petani buah naga di Banyuwangi melalui program binaan yang bernama Listrik Untuk Sang Naga.

tidak hanya untuk mengembangkan produktivitas tanaman, namun hal ini juga membuka peluang di sektor agro wisata.

Dilansir dari laman Diskominfo Provinsi Jawa Timur, dengan elektrifikasi PLN ini, wisata petik pertama kali di Banyuwangi tercetuskan.

Agro Wisata Petik Jeruk dan Naga Listrik yang terletak di Pesanggaran, selatan Banyuwangi menyuguhkan pertanian buah naga disinari lampu-lampu LED bisa menjadi daya tarik wisata tersendiri.

Wisata yang dikelola oleh Paguyuban Sekar Arum Naga ini mulai didatangi masyarakat yang tertarik untuk menikmati sensasi berkunjung ke ladang untuk memetik sendiri buah yang ada.

Terlebih pada malam hari, pengunjung dapat berfoto di ladang cahaya atau merasakan pengalaman untuk mengawinkan buah naga secara langsung.

Dilansir dari Kompas.id (21/06/2023), Manager PLN Unit Induk Distribusi Jawa Timur Lasiran mengatakan bahwa pihaknya memiliki cadangan daya melimpah, yakni sekitar 3.000 megawatt (MW) untuk mendukung budidaya buah naga lewat elektrifikasi.

Diketahui pada 2022 terdapat 13.660 petani buah naga yang menggunakan listrik, dengan konsumsi daya 32 megavolt ampere (MVA).

Sementara pada 2023, konsumsi dayanya diperkirakan bakal naik menjadi 40 MVA.

”Kami terus membina dan mendukung masyarakat, termasuk petani buah naga di Banyuwangi. Selain mendukung dari sisi kelistrikan, kami juga memiliki program pertanggungjawaban sosial (CSR) di setiap daerah dengan tema berbeda-beda. Jika ada petani atau UMKM binaan kesulitan permodalan, akan kami arahkan bekerja sama dengan perbankan,” ucap Lasiran.

Dengan pasokan listrik yang andal dan terjangkau, sektor pertanian di Banyuwangi, khususnya budidaya buah naga dapat terus berkembang dan menjadi penopang utama penghidupan para petani.

Sumber:
antaranews.com  
hortikultura.pertanian.go.id  
menpan.go.id  
kominfo.jatimprov.go.id  

https://surabaya.kompas.com/read/2023/12/31/201645178/kisah-daerah-penghasil-buah-naga-terbesar-di-indonesia-dan-inovasi-puting

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke