KOMPAS.com - MHN, siswa kelas 1 Mts (setara SMP) yang juga santri di salah satu pondok pesantren di Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur meninggal pada Jumat (25/8/2023).
Diduga ia tewas karena dianiaya. Kematian korban diketahui oleh orangtua korban, Basuni (38) pada Jumat pukul 06.30 WIB.
Saat itu wali kelas korban, NS datang ke rumah Basuni untuk memberi tahu kondisi MHN yang masuk ke RS Suyudi Paciran.
Di rumah sakit, Basuni mendapati anaknya telah meningal dunia dan ditemukan sejumlah luka di tubuh korban.
Basuni pun membuat laporan ke Polres Lamongan dan memohon otopsi untuk mengetahui penyebab kematian korban.
Baca juga: Polisi Periksa 17 Saksi Usut Kematian Santri di Lamongan
Wakil Kepala Sekolah bagian Kesiswaan MTs Tarbiyatut Tholabah Muhammad Fatih mengatakan, MHN masih mengikuti proses kegiatan belajar mengajar seperti hari biasanya pada Selasa, Rabu, dan Kamis.
Namun MHN mengeluhkan sakit saat jam pelajaran ketujuh dan kedelapan, Kamis (24/8/2023).
"Mengaku sakit itu Kamis, sekitar pukul 11.30 WIB, lalu diminta istirahat di kamar pengurus pondok," kata Fatih
MHN kemudian diminta istirahat di kamar pengurus dan tidak harus pulang karena ia santri yang bermukim di pondok pesantren.
Baca juga: Santri di Lamongan Meninggal, Ponpes Bantah Dugaan Penganiayaan
Menurunya, saat istirahat di kamar pengurus, MHN tidak sendirian dan ditemani oleh siswa lain yang juga skaiyt.
Sementara itu Ketua Pondok Putra, Danang Eko Saputra membenarkan bahwa MHN diketahui meninggal pada Jumat (25/8/2023), saat menjelang salat subuh.
"Saya bangunkan, ternyata tidak merespons dan badannya sudah kaku," ungkap Danang.
Ia mengatakan korban sempat diberi obat saat dirawat di kamar pengurus.
"Saya tanyakan, katanya sudah dikasih obat," katanya.
Karena tak ada respon, korban pun dilarikan oleh Danang dan pengurus lainnya ke dokter di Desa Kranji.
"Hasil pemeriksaan dokter, baru dipastikan kalau MHN sudah meninggal," kata Danang.
Baca juga: Santri Tewas Diduga Dikeroyok Senior di Bangkalan, Polisi Sebut Ada Luka Lebam di Dada dan Punggung
Janazah MHN sempat dibawa kembali ke pondok pesantran. Namun atas musyawarah pengurus dan petunjuk kiai pengasuh, korban dibawa ke RS Suyudi.
"Pagi itu juga saya bersama wali kelas 1 MTs, Pak Nur Salim ke rumah orang tua siswa di Pambon Brondong," jelasnya.