Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

1 Warga Tulungagung Meninggal karena Leptospirosis dari Urine Tikus

Kompas.com, 26 November 2022, 16:01 WIB
Slamet Widodo,
Reni Susanti

Tim Redaksi

TULUNGAGUNG,KOMPAS.com – Dinas Kesehatan Tulungagung Kasil Rokhmat mengatakan, salah seorang warga Kecamatan Ngunut, Tulungagung, Jawa Timur, meninggal dunia karena leptospirosis dari urin tikus. 

“Meninggal di rumah sakit, dan pihak rumah sakit mendiagnosa pasien tersebut terjangkit leptospirosis,” ujar Kasil melalui pesan suara, Sabtu (26/11/2022).

Usai mendapat laporan tersebut, Dinkes mengambil sampel beberapa tikus dari wilayah tersebut dan dibawa ke laboratorium Surabaya untuk diteliti.

Baca juga: Mayat Perempuan Tersangkut Jaring Nelayan di Cilacap, Hanya Pakai Pakaian Dalam

Hasilnya, urine dari salah satu tikus mengandung bakteri leptospirosis.

Terlambat Ditangani

Kasil mengungkapkan, warga yang meninggal karena leptospirosis tersebut, diduga terlambat mendapat penanganan medis. Pihak keluarga tidak segera membawa ke dokter, karena dikira sakit biasa.

“Gejala sudah dirasakan korban sejak Minggu (30/10/2022) lalu, namun tidak segera mendapat penanganan medis,” tutur Kasil.

Baca juga: Ada 1 Kasus Leptospirosis di Kota Batu, Masyarakat Diimbau Waspada

Setelah kondisi korban semakin memburuk, baru dibawa ke Rumah Sakit Umum daerah (RSUD) dr Iskak Tulungagung

Ketika menjalani perawatan di rumah sakit tersebut, tenaga medis sudah curiga dengan ciri-ciri korban. Dokter curiga, pasien tersebut terjangkit leptospirosis.

Ia menjelaskan, tubuh korban berwarna kekuningan, mata merah, serta rasa nyeri di beberapa bagian tubuh. Selanjutnya, tim medis RSUD dr Iskak mengambil sampel dan melakukan uji laboratorium.

Kemudian hasil uji laboratorium tersebut diketahui pada Minggu (6/11/2022). Namun hasil laboratorium tersebut belum diterima secara resmi oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung.

Pasca-banjir

Sebelumnya, tim Dinkes Tulungagung berupaya mencegah dan mengendalikan penyakit leptopirosis pasca-banjir. Mereka mengambil sejumlah sampel dari hewan. 

Pengambilan sampel dilakukan di dua desa di Kecamatan Boyolangu Tulungagung. Diprediksi, pembawa virus terbanyak adalah tikus. Namun hasil penelitian negatif. 

“Ketika banjir liang tikus tergenang, lalu tikus ini mencari tempat kering di antaranya bersembunyi di permukiman warga,” ujar Kasil.

Dijelaskan, bakteri leptospirosis awalnya bawaan dari hewan peliharaan seperti sapi, anjing, kucing, juga kambing. Namun yang banyak membawa bakteri tersebut adalah tikus.

Hewan yang terjangkit bakteri leptospirosis tersebut pada umumnya tidak menunjukkan gejala apapun. Namun ketika menjangkit pada manusia, baru diketahui gejalanya.

“Bakteri leptospirosis masuk ke tubuh manusia melalui luka, makanan, dan minuman,” tutur Kasil Rokhmat.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Wisatawan Lansia Dipungli 'Uang Pengawalan' Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Wisatawan Lansia Dipungli "Uang Pengawalan" Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Surabaya
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
Surabaya
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Surabaya
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Surabaya
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Surabaya
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Surabaya
Pelaku Pungli 'Uang Pengawalan' Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Pelaku Pungli "Uang Pengawalan" Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Surabaya
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Surabaya
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Surabaya
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar 'Uang Pengawalan', Penyandera Ditangkap
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar "Uang Pengawalan", Penyandera Ditangkap
Surabaya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau