Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fakta di Balik Penemuan Tulang Manusia dan Patahan Batuan di Sumur Jobong Surabaya

Kompas.com, 11 Desember 2025, 17:26 WIB
Azwa Safrina,
Aloysius Gonsaga AE

Tim Redaksi

Selain itu, berdasarkan uji analisis mtDNA yang dilakukan laboratorium Human Genetic ITD, Unair diketahui bahwa DNA patahan tulang tersebut 96 - 97 persen sama dengan DNA para tetua yang bermukim di Pandean, Peneleh, Surabaya.

“Jadi, waktu itu ada tiga penduduk tertua di Kawasan kampung sini yang diambil sampel DNA-nya, termasuk ayah saya dan ternyata didapatkan 96-97 persen DNA-nya cocok dengan DNA di patahan tulang itu,” paparnya.

Baca juga: Uniknya Suku Tengger di Kawasan Bromo, Peradaban sejak Zaman Majapahit

Hal tersebut menandakan bahwa patahan tulang itu merupakan milik nenek moyang yang masih ada hubungan kekerabatan dengan penduduk asli Pandean.

“Bisa jadi juga area di sini itu dijadikan pemakaman karena dulu rumah belum sepadat ini, pekarangan rumah masih sangat luas dan setiap ada anggota keluarga yang meninggal pasti dikuburnya di sebelah rumah,” terangnya.

Penemuan Sumur Jobong terungkap secara tidak sengaja saat proyek gorong-gorong untuk pelebaran saluran drainase.

“Wilayah sini kan dulunya setiap hujan selalu banjir, akhirnya waktu pelebaran drainase di sini terus ditemukan sumber mata air yang ternyata sumur,” tuturnya.

Di tengah pengerjaan gorong-gorong, pada 31 Oktober sekitar pukul 18.20 WIB, di kedalaman antara 70-80 centimeter ditemukan sebuah sumber air.

Awalnya, terdapat bibir sumur yang mengelilingi sumber air tersebut yang berbentuk huruf C.

“Nah, waktu itu hadir dari kearsipan Kota Surabaya, kebudayaan, pariwisata, tokoh-tokoh sejarawan dan diketahui kalau sumur ini temuan kuno peninggalan Kerajaan Majapahit,” ujarnya.

Ketika didatangkan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan, Mojokerto terungkap bahwa sumur tersebut memiliki kemiripan dengan sumur jobong yang banyak ditemukan di Mojokerto.

Baca juga: Situs Diduga Peninggalan Majapahit di Situbondo Dirusak, Perusahaan Janji Taati Aturan Pemerintah

Kata “Jobong” berasal dari istilah Bahasa Jawa zaman kuno yang berarti kamar atau ruangan.

“Jobong itu juga bisa diartikan sebagai terakota dari tanah liat yang merupakan istilah yang digunakan orang zaman dulu,” terangnya.

Setiap harinya, Agus akan melakukan pengurasan Sumur Jobong agar sirkulasi terus berjalan dan air tetap jernih.

“Sumurnya ini saya kuras setiap hari. Bahkan, misal pagi hujan, siangnya langsung saya kuras, biar nanti ada sirkulasi air yang bersih keluar karena air hujan juga pasti masuk ke dalam sumurnya juga,” terangnya.

Selain itu, ia biasanya juga membakar dupa untuk mengusir hewan kecil dan serangka agar tidak masuk ke dalam sumur sekaligus bentuk penghormatan kepada leluhur.

“Asap dari dupanya itu kan memenuhi ruangan bawah sumur, jadi hewan kecil atau serangga itu enggak masuk ke sumur,” ujarnya.

Penemuan situs Sumur Jobong ini menjadi bukti bahwa sejak dulu Kawasan Pandean, Peneleh, Surabaya sudah digunakan untuk aktivitas masyarakat dan kerajaan Majapahit yang jejaknya memiliki nilai sejarah yang sarat makna.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang

Halaman:


Terkini Lainnya
Kuliah Sambil Jadi Kurir Paket, Gibran Harus Pandai Bagi Waktu dan Rendahkan Ego
Kuliah Sambil Jadi Kurir Paket, Gibran Harus Pandai Bagi Waktu dan Rendahkan Ego
Surabaya
Jadi Kurir Paket, Hamdan Kerap Bantu Pelanggan supaya Tak Tertipu Pesanan Palsu
Jadi Kurir Paket, Hamdan Kerap Bantu Pelanggan supaya Tak Tertipu Pesanan Palsu
Surabaya
Kisah Mahasiswa di Surabaya Kerja Sampingan Jadi Kurir Makanan demi Uang Kuliah
Kisah Mahasiswa di Surabaya Kerja Sampingan Jadi Kurir Makanan demi Uang Kuliah
Surabaya
Dua Pelaku Pemalakan di Pantai Bangsring Banyuwangi Beraksi Sejak 2023
Dua Pelaku Pemalakan di Pantai Bangsring Banyuwangi Beraksi Sejak 2023
Surabaya
Wisatawan Lansia Dipungli 'Uang Pengawalan' Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Wisatawan Lansia Dipungli "Uang Pengawalan" Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Surabaya
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
Surabaya
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Surabaya
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Surabaya
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Surabaya
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Surabaya
Pelaku Pungli 'Uang Pengawalan' Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Pelaku Pungli "Uang Pengawalan" Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Surabaya
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Surabaya
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Surabaya
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar 'Uang Pengawalan', Penyandera Ditangkap
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar "Uang Pengawalan", Penyandera Ditangkap
Surabaya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau