SURABAYA, KOMPAS.com - Surabaya menjadi salah satu daerah yang menyimpan seribu cerita dan keunikan sejarah sejak ribuhan tahun lalu.
Masih banyak bukti-bukti sejarah yang keberadaannya belum ditemukan atau baru saja ditemukan sebagai bukti kehidupan kota Surabaya di masa lalu.
Seperti halnya keberadaan Subur Jobong sebagai jejak peninggalan Kerajaan Majapahit tertua di Surabaya yang penemuannya secara tidak sengaja.
Sumur Jobong itu terletak di Jalan Pandean, Peneleh, Kecamatan Gentang, Surabaya, Jawa Timur.
Sumur tersebut berupa jobong bertumpuk dua yang terbuat dari tanah liat.
Dengan kedalaman sekitar 2 meter, lebar sumur 83 cm, dan ketebalan bibir sumur 2,5 cm.
Baca juga: Diminta Pindah untuk Proyek Flyover, Warga Taman Pelangi Surabaya Belum Juga Dapat Ganti Rugi
Bak menemukan harta karun, keberadaan sumur jobong ini juga didapati secara tidak sengaja saat tengah melakukan proyek gorong-gorong.
Saat pertama kali ditemui Kompas.com, terlihat juru pelihara Sumur Jobong, Agus Santoso yang sedang menyirami tanaman di sekitarnya dengan menggunakan air sumur.
“Airnya ini harus setiap hari dikeluarkan biar sirkulasinya terus berputar agar tetap jernih,” kata Agus saat ditemui Kompas.com, Minggu (7/12/2025).
Meskipun warga setempat sudah menggunakan PDAM sebagai sumber air, tapi sering kali air sumur jobong masih dianggap suci dan digunakan untuk cuci muka hingga diminum oleh para tamu yang datang.
“Padahal sudah pernah dilakukan penelitian bahwa kandungan air sumur ini tidak bagus untuk diminum, kalau buat cuci tangan, cuci muka, siram-siram masih oke, tapi kadang orang yang datang masih saja gak nurut,” sebutnya.
Baca juga: 18 Pohon Tumbang di Surabaya Usai Hujan Disertai Angin Kencang, Ini Lokasinya
Agus mengatakan, mulanya warga setempat selalu resah dengan banjir yang datang saat musim hujan akibat saluran drinase yang kecil.
“Dulunya itu drainase gorong-gorong di wilayah ini peninggalan zaman Belanda yang ukurannya kecil, cuma kedalaman 40 cm dan lebar 60 cm, jadi warga sering kebanjiran,” jelasnya.
Akhirnya, pada 2018, ketua RW setempat memperdalam saluran drainase menjadi 80 cm pengerjaan gorong-gorong, pada 31 Oktober sekitar pukul 18.20 WIB, di kedalaman antara 70-80 cm ditemukan sebuah sumber air.
Awalnya, terdapat bibir sumur yang mengelilingi sumber air tersebut yang berbentuk huruf C.