Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gembong Narkoba Dewi Astutik Jualan Nasi di Ponorogo Sebelum Ditangkap di Kamboja

Kompas.com, 3 Desember 2025, 19:26 WIB
Sukoco,
Andi Hartik

Tim Redaksi

PONOROGO, KOMPAS.com – Dewi Astutik alias Paryatin, perempuan yang berperan sebagai aktor intelektual penyelundupan 2 ton sabu Segitiga Emas, ternyata pernah berjualan nasi keliling di kampung halamannya pada tahun 2023–2024.

Kepala Dusun Tenun, Desa Broto, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, Didik Harirawan mengatakan, Dewi sempat pulang ke Ponorogo pada tahun 2023 dan menetap di rumah orangtuanya dan membuka lapak nasi saat ada pagelaran budaya di sekitar desa.

“Waktu pulang 2023 lalu jualan nasi bungkus keliling. Setahu saya di rumah buka pemancingan juga. Kalau ada wayang, reog, itu buka jualan nasi di lapangan,” ujarnya saat ditemui di Desa Broto, Rabu (3/12/2025).

Baca juga: Gembong Narkoba Dewi Astutik Ditangkap, Anggota DPR: Jangan Berhenti di Satu Nama

Sementara Sarno, suami dari Dewi Astutik, mengaku bahwa istrinya pernah berjualan nasi selama pulang di Ponorogo. Namun, satu tahun kemudian istrinya kembali berangkat ke luar negeri.

“Kemarin waktu pulang setahun istri saya jualan nasi sebelum pamit ke Taiwan. Tapi ternyata ke Kamboja,” ucapnya.

Baca juga: Memburu Dewi Astutik, Bos Narkoba Jatim Dalangi 2 Ton Sabu Terbesar dalam Sejarah

Ia mengaku, istrinya pamit sebagai pekerja migran ke Taiwan. Sebelumnya, Dewi mengaku bekerja di Taiwan selama 10 tahun dan sempat menetap di Ponorogo pada tahun 2023.

“Tahun 2024, berangkat kembali menemui mantan majikannya. Pamitnya ke rumah bosnya dulu di Taiwan,” katanya.

Sarno sendiri mengaku syok setelah mendengar kabar istrinya ditangkap karena diduga sebagai gembong narkoba internasional.

Ia  mengaku foto yang beredar di media adalah foto istrinya. Ia mengaku  baru mengetahui bahwa istrinya ditangkap BNN melalui pemberitaan di media.

Sarno mengaku tidak mengetahui bahwa istrinya pergi ke Kamboja.

"Saya syok, saya pasrah. Saya sudah tidak tahu kemana-mana,” tutupnya.

Dewi Astutik (42) berasal dari Dusun Tenun, Desa Broto, Kecamatan Slahung, Ponorogo.

Berdasarkan data kependudukan, ia tercatat berdomisili di Dusun Sumber Agung, Desa Balong, Kecamatan Balong. Dewi sebelumnya dikabarkan  bekerja sebagai pekerja migran Indonesia di Hong Kong, Taiwan, dan Kamboja.

Ketua RT setempat, Purnomo, mengaku banyak warga yang tidak percaya bahwa Dewi ditangkap sebagai gembong narkoba internasional. Kabar bahwa Dewi adalah bandar narkoba sulit dipercaya oleh warga karena kondisi ekonomi keluarganya tidak menunjukkan tanda-tanda peningkatan selama beklerja di luar negeri.

"Setahunya warga sini, Paryatin kerja sebagai PRT di Taiwan. Kalau jadi bandar narkoba, ya tidak sesuai. Ekonominya malah menurun, suami serabutan. Makanya warga kaget,” ucapnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau