Salin Artikel

Gembong Narkoba Dewi Astutik Jualan Nasi di Ponorogo Sebelum Ditangkap di Kamboja

PONOROGO, KOMPAS.com – Dewi Astutik alias Paryatin, perempuan yang berperan sebagai aktor intelektual penyelundupan 2 ton sabu Segitiga Emas, ternyata pernah berjualan nasi keliling di kampung halamannya pada tahun 2023–2024.

Kepala Dusun Tenun, Desa Broto, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, Didik Harirawan mengatakan, Dewi sempat pulang ke Ponorogo pada tahun 2023 dan menetap di rumah orangtuanya dan membuka lapak nasi saat ada pagelaran budaya di sekitar desa.

“Waktu pulang 2023 lalu jualan nasi bungkus keliling. Setahu saya di rumah buka pemancingan juga. Kalau ada wayang, reog, itu buka jualan nasi di lapangan,” ujarnya saat ditemui di Desa Broto, Rabu (3/12/2025).

Sementara Sarno, suami dari Dewi Astutik, mengaku bahwa istrinya pernah berjualan nasi selama pulang di Ponorogo. Namun, satu tahun kemudian istrinya kembali berangkat ke luar negeri.

“Kemarin waktu pulang setahun istri saya jualan nasi sebelum pamit ke Taiwan. Tapi ternyata ke Kamboja,” ucapnya.

Ia mengaku, istrinya pamit sebagai pekerja migran ke Taiwan. Sebelumnya, Dewi mengaku bekerja di Taiwan selama 10 tahun dan sempat menetap di Ponorogo pada tahun 2023.

“Tahun 2024, berangkat kembali menemui mantan majikannya. Pamitnya ke rumah bosnya dulu di Taiwan,” katanya.

Sarno sendiri mengaku syok setelah mendengar kabar istrinya ditangkap karena diduga sebagai gembong narkoba internasional.

Ia  mengaku foto yang beredar di media adalah foto istrinya. Ia mengaku  baru mengetahui bahwa istrinya ditangkap BNN melalui pemberitaan di media.

Sarno mengaku tidak mengetahui bahwa istrinya pergi ke Kamboja.

"Saya syok, saya pasrah. Saya sudah tidak tahu kemana-mana,” tutupnya.

Dewi Astutik (42) berasal dari Dusun Tenun, Desa Broto, Kecamatan Slahung, Ponorogo.

Berdasarkan data kependudukan, ia tercatat berdomisili di Dusun Sumber Agung, Desa Balong, Kecamatan Balong. Dewi sebelumnya dikabarkan  bekerja sebagai pekerja migran Indonesia di Hong Kong, Taiwan, dan Kamboja.

Ketua RT setempat, Purnomo, mengaku banyak warga yang tidak percaya bahwa Dewi ditangkap sebagai gembong narkoba internasional. Kabar bahwa Dewi adalah bandar narkoba sulit dipercaya oleh warga karena kondisi ekonomi keluarganya tidak menunjukkan tanda-tanda peningkatan selama beklerja di luar negeri.

"Setahunya warga sini, Paryatin kerja sebagai PRT di Taiwan. Kalau jadi bandar narkoba, ya tidak sesuai. Ekonominya malah menurun, suami serabutan. Makanya warga kaget,” ucapnya.

https://surabaya.kompas.com/read/2025/12/03/192651478/gembong-narkoba-dewi-astutik-jualan-nasi-di-ponorogo-sebelum-ditangkap-di

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com