Itu dilakukan baik untuk mengambil bawang merah dan mengantarkannya kembali, maupun melakukan aktivitas lain.
Ia tidak memiliki motor. Keinginannya untuk membeli motor juga dipendam dalam-dalam demi menjaga kelangsungan pendidikan sang anak.
“Sebenarnya berminat, tapi uangnya yang gak ada. Kalaupun ada uang, ya buat kebutuhan sekolah anak saja,” ujar Sumarni.
Kebutuhan sekolah yang dimaksud ibu satu tersebut, antara lain buku LKS, uang saku harian, hingga biaya dan kebutuhan lainnya yang tidak ditanggung pemerintah.
Ia menuturkan, keluarganya merupakan penerima manfaat dari program Bansos Sembako dan PKH pendidikan.
Terhadap Bansos yang diterimanya, Sumarni mengaku tak mau sembrono. Prioritas pertamanya adalah menyelesaikan apa yang menjadi kebutuhan putrinya selama sekolah.
“Dapatnya tiap 3 bulan. Ketika dapat, ya langsung digunakan untuk menyelesaikan kebutuhan sekolah anak,” katanya.
Baca juga: Di Balik Keringat Zubaidah Setiap Hari Banting Tulang, Ada Masa Depan 3 Anak yang Dipertaruhkan
Namun, namanya tiba-tiba hilang dari daftar penerima Bansos dan tidak menerima pencairan sejak September 2025.
“Kalau yang pertama dan kedua masih dapat, tapi yang September dan November gak dapat,” ungkap ibu satu anak tersebut.
Sumarni mengaku telah mengkonfirmasi ke pihak pemerintah desa dan pendamping program Bansos.
Namanya diduga hilang akibat kesalahan input data yang menyebut dirinya telah berpindah alamat ke kecamatan lain.
Sumarni tiap hari bangun subuh. Setiap pagi, Ia mengawali aktivitasnya sebagai ibu rumah tangga dengan memasak, mencuci pakaian, serta mempersiapkan sang anak sebelum berangkat ke sekolah.
Setelah putrinya berangkat ke sekolah, Sumarni dengan sepeda pancalnya mengambil bawang merah di rumah seseorang di desa sebelah, lalu membawanya pulang untuk dikupas.
Bawang yang telah dikupas kemudian dikembalikan lagi pada sore hari.
Menurut Sumarni, dirinya tak bisa bepergian atau bekerja terlalu lama di luar rumah karena sedang menjaga dan merawat ibunya yang berada di rumah.