"Setiap hari saya cari uang di warung dan obat lelah saya ya datang ke pondok ketemu anak-anak. Melihat mereka semakin tumbuh besar, senang rasanya," ucapnya.
Meski tiga anaknya berada di pondok, Aminah mengaku selalu berusaha memenuhi kebutuhan harian anak-anaknya. Bahkan, saat warung sepi, ia terus mengusahakan apapun untuk kebutuhan tiga buah hatinya.
"Yang lumayan rumit itu kalau sudah waktunya bayar SPP. Semuanya barengan. Tapi ya Alhamdulillah setiap saya usahakan, selalu diberikan jalan oleh Allah," jelasnya.
Aminah mengaku banyak mendapatkan kemudahan untuk menyekolahkan anak-anaknya. Mulai dari biaya semester bisa dicicil hingga pernah mendapatkan laptop bekas secara gratis dari pelanggan warungnya.
"Waktu itu dapat laptop. Jadi tiga tahun lalu pas awal masuk kuliah, anak saya ponselnya rusak, sedangkan saat itu dia banyak tugas dari kampusnya," ceritanya.
Hal itu membuatnya sedih. Apalagi, saat itu ia tak memiliki cukup uang untuk membelikan putranya ponsel baru atau laptop untuk bisa menyimpan data tugas anaknya.
"Lalu ada pembeli saya di warung yang tanya, kenapa saya murung. Saya cerita kalau anak saya butuh laptop supaya anak saya bisa belajar. Kebetulan pelanggan waktu itu pegawai pertanahan dari Jakarta," ucapnya.
Baca juga: Ibu Rumah Tangga di Polewali Mandar Menangis Usai Kecopetan Saat Antre BLT di Kantor Pos
Dari obrolan itulah, pelanggannya itu menjanjikan akan mencarikan laptop bekas yang tak terpakai.
"Saya waktu itu yakin saja kalau Allah akan bantu. Saya setiap hari doa agar ucapan orang tersebut betul-betul terjadi, karena kami tidak saling kenal, dia hanya pembeli yang kebetulan mampir," ungkapnya.
Doa Aminah setiap hari akhirnya diijabah. Dalam beberapa minggu, laptop tersebut datang dan dikirim langsung dari Jakarta, tempat pegawai itu berasal.
"Itu rasanya betul-betul mukjizat dari Allah. Saya tidak menyangka Allah memberikan rezeki begitu mudah untuk anak saya belajar," ucapnya sambil menitikkan air mata.
"Laptopnya masih sangat bagus meski bekas. Barang itu sangat disayang oleh anak saya dan dipakai sampai sekarang," imbuhnya.
Aminah mengaku akan terus berjuang untuk seluruh anaknya agar bisa memiliki pendidikan tinggi. Sebab ia sadar, memiliki keterbatasan kemampuan intelektual kerap diremehkan banyak orang.
"Saya selalu ingin anak saya seperti anak-anak lain, belajar dan kelak bekerja dengan baik. Saya tidak mau anak saya dipandang sebelah mata karena keterbatasan orang tuanya," pungkasnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang