Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjuangan Aminah, Dari Warkop Sederhana Berhasil Sekolahkan Anak hingga Perguruan Tinggi

Kompas.com, 1 Desember 2025, 08:42 WIB
Yulian Isna Sri Astuti,
Aloysius Gonsaga AE

Tim Redaksi

Aminah bekerja di warung itu setiap hari seorang diri, mulai pukul 05.00 hingga pukul 18.00. Sedangkan suaminya, Mohni bekerja sebagai kuli bangunan dan bekerja serabutan.

"Kalau sore nanti gantian pak Mohni yang jaga sampai jam 11 malam. Kalau dulu saya buka 24 jam tapi karena sekarang sepi jadi jam 11 malam sudah tutup," ujarnya.

Usaha warung kopi itu telah dirintis sejak 10 tahun yang lalu. Ia sengaja membantu suaminya mencari nafkah agar tiga anaknya bisa mendapatkan pendidikan yang lebih baik.

"Saya ingin anak saya lebih baik dari saya dan semuanya bisa menjadi orang sukses," ucapnya.

Keinginnannya bisa menyekolahkan anak-anaknya hingga perguruan tinggi bukan tanpa sebab. Sebagai penyandang tuna aksara, ia tak ingin anak-anak merasakan hal yang sama seperti dirinya saat ini.

"Saya ini bukan orang pintar, makanya saya ingin anak saya menjadi orang pintar jangan seperti saya," imbuhnya.

Baca juga: Kisah Siti Aisyah, Ibu 5 Anak Berprofesi Penambal Ban Truk di Surabaya

Mimpi itulah yang membuat Aminah terus bekerja keras untuk tiga anaknya tersebut. Meski keuntungan dari warungnya tak banyak, ia tetap menekuni usaha tersebut hingga saat ini.

"Tiap cangkir untungnya tidak seberapa, paling banyak Rp 2 sampai Rp 3 ribu. Kita harus pintar-pintar mengelola uang yang ada. Harus sabar menunggu rezeki yang penting kita ikhtiar," tuturnya.

Dari keuntungan tiap cangkir itulah, Aminah berhasil menyekolahkan tiga anaknya. Satu putranya kini sudah masuk perguruan tinggi, putra keduanya masih duduk di bangku SMA sedangkan satu putrinya baru masuk SMP.

"Semuanya mondok. Yang tertua mondok sambil kuliah di Sampang, lalu yang nomor dua dan tiga ada di satu pondok di Sampang juga tapi beda pondok dengan kakaknya yang pertama," ungkapnya.

Aminah mengaku kerap merindukan anak bungsunya. Apalagi, putrinya baru lulus SD dan kerap menemaninya di warung usai pulang sekolah dahulu.

"Dulu biasanya anak saya yang bungsu selalu menemani saya jaga warung. Sering saya kangen tapi harus kuat supaya anak saya di sana juga bisa bertahan untuk belajar," imbuhnya.

Komunikasi dengan dua anaknya yang masih SMA dan SD itu saat ini hanya melalui surat yang ditulis anaknya dan dikirim melalui pengurus pondok. Sedangkan dengan anak tertuanya ia kerap berkomunikasi langsung melalui video call.

Baca juga: Cerita Bertemu Jodoh Hesti dan Erdin, Berkat Doa Ibu yang Spesifik

"Kalau ada surat dari anak saya itu, saya biasanya minta bacakan ke pelanggan di warung. Anak-anak kalau ngirim surat melalui pengurus pondok itu biasanya minta dikirim sabun dan keperluan pribadinya," tuturnya.

Meski berpisah dengan tiga anaknya, Aminah tetap menyempatkan waktu sebulan sekali untuk berkunjung ke tiga anaknya di pondok. Waktu itulah yang selalu dinanti oleh Aminah tiap bulannya.

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau