Saat itu jam sudah menunjukkan sekitar pukul 16.00 WIB. Ismail tidak tahu harus pergi ke mana, yang ada dipikirannya hanya menjauh dari kejaran awan panas.
"Pas kelihatan (awan panas) sudah dekat langsung saya lari sama anak, istri, dan mertua," ujar dia.
Hanya baju yang menempel di badan yang dibawanya saat itu. Barang-barang berharga yang dibelinya dari kerja keras bertahun-tahun tidak sempat diselamatkan.
Beruntung, istrinya masih sempat membawa surat-surat penting seperti BPKP, surat tanah, dan ijazah.
"Saya keluar hanya bawa ini yang saya pakai sekarang, istri sempat bawa surat-surat," kata Ismail.
"Kalau saya tahu rumah saya parah seperti ini kan cukup waktu dua jam untuk setidaknya bereskan setengah isi rumah," kata dia.
Baca juga: Kondisi SDN 2 Supiturang Usai Erupsi Semeru, Bangunan Hilang Tersisa Fondasi
Ismail mengaku, sesaat setelah awan panas dan banjir lahar hujan Gunung Semeru, ia kembali ke rumah mengambil pakaiannya dan keluarga. Namun, sesampainya di sana, ia melihat rumahnya sudah rata dengan pasir.
"Jam delapan malam itu saya sempat ke rumah rencananya mau ambil baju, tapi pas ke sana sudah tidak ada yang bisa diambil, kondisinya juga masih panas pasirnya," lanjutnya.
Kini, Ismail hanya bisa menyesali keteledorannya saat erupsi terjadi. Ia mengaku tidak tahu harus ke mana saat situasi bencana berakhir. Yang artinya, posko pengungsian juga akan ditutup.
Memang, Ismail sudah memiliki rumah di hunian tetap Bumi Semeru Damai (BSD) Desa Sumbermujur, Kecamatan Candipuro.
Rumah itu didapatnya dari pemerintah sebagai ganti atas ditetapkannya Dusun Sumbersari dalam kawasan rawan bencana (KRB) III yang tidak boleh ditinggali akibat erupsi Gunung Semeru tahun 2021.
Baca juga: Hujan Abu Masih Mengguyur Lereng Gunung Semeru, Warga Diimbau Pakai Masker
Namun, di sana ia mengaku tidak bisa bekerja untuk menghidupi keluarganya dan akhirnya memutuskan kembali ke Dusun Sumbersari.
"Di sana (huntap) tidak bekerja malah menghabiskan barang, kalau di sini bisa ke sawah, tapi sekarang sawahnya sudah habis juga kena erupsi kemarin," kata dia.
Kini, Ismail berencana mencari permukiman baru di sekitar Kecamatan Pronojiwo, alih-alih kembali ke BSD Desa Sumbermujur.
"Cari di daerah sini saja sepertinya, paling ke huntap setahun dua kali untuk bersih-bersih saja," kata dia.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang