“Memang ada (temuan fosil) yang lebih lengkap, itu ada di Museum Geologi Bandung sekitar 85 persen, namun spesiesnya berbeda,” sambungnya.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Nganjuk, kata Mas Handy, berencana menjadikan kawasan lokasi temuan fosil stegodon sebagai geosite, yang nantinya akan dikembangkan menjadi geopark prasejarah.
Upaya ini dilakukan dengan menggandeng Museum Geologi Bandung, dan berbagai pihak terkait.
“Alhamdulillah aksesnya ke Tritik sudah bagus semua. Jadi memudahkan masyarakat kalau ingin lihat nanti di sana. Tapi ini masih berproses,” sebutnya.
Baca juga: Batik Gajah Mungkur Gresik, Menyulam Kembali Warisan yang Hampir Hilang
Selain ekskavasi, lanjut Mas Handy, stakeholder terkait saat ini juga tengah berupaya membangun site museum di kawasan Tritik.
Untuk merealisasikan hal ini, pihak Pemkab Nganjuk tengah menjalin komunikasi dengan pihak Museum Geologi Bandung.
“Kami ingin bentuk juga site museum yang ada di sana. Sudah komunikasi dengan Museum Geologi. Nanti akan di-support dari teman-teman semuanya, begitu,” papar Mas Handy.
Mas Handy menambahkan, saat ini tim dari Badan Geologi masih bekerja hampir 24 jam untuk merampungkan proses ekskavasi dan konservasi.
Pihaknya juga mengimbau masyarakat agar ikut menjaga area penemuan, agar tidak ada pengambilan fosil secara ilegal.
“Kami mohon dibantu untuk disampaikan kepada masyarakat, untuk dijaga. Jangan sampai diambil orang, ya jangan sampai. Ini penemuannya luar biasa, mudah-mudahan kita saling jaga antara satu sama lain,” pesannya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang