Kepala Desa Kembangan Yani Maryadi mengaku kegiatan TMMD ke-126 di desanya sangat diharapkan masyarakat karena selama ini warganya harus membayar mahal pengangkutan hasil panen mereka disebabkan sulitnya akses jalan ke sawah mereka.
"Dulu satu karung itu biaya angkutnya bisa Rp 10.000 karena akses jalanya tidak ada. Baru tahun 2016 kita buka jalan tani dengan kondisi masih makadam yang sulit dilalui kendaran kalau hujan. Sejak tahun 2016 kita ajukan pembangunan jalan tani, tapi baru sekarang ada pembangunan jalan sepanjang 1,4 kilometer oleh TMMD,” ucapnya.
Yang lebih menggembirakan akan adanya 3 titik sumur dalam yang dibangun, yang menjamin ketersediaan air bagi tanaman padi warga.
Suradi salah satu warga mengaku petani hanya bisa menanam jagung sebagai pengganti tanaman padi di kala musim kemarau.
“Selebihnya ya banyak yang terbengkalai karena sawah di sini sawah tadah hujan. Kalau ada sumur 3 titik, masyarakat pasti bisa menanam padi 3 kali seperti petani di desa tetangga,” katanya.
Teriknya matahari di tengah hamparan tanaman jagung yang memanggang siang itu, tak menyurutkan puluhan prajurit TNI dan warga yang terlihat semangat menuang adukan semen di atas jalan tani berupa tanah berdebu.
Sejak pelaksanaan TMMD ke-126 yang dibuka langsung oleh Bupati Magetan Nanik Endang Rusminiarti pada Hari Rabu (8/10/2025), lebih dari 100 meter jalan cor beton yang berhasil di selesaikan.
Dari sekian pekerja pembangunan jalan tani di Desa Kembangan yang mayoritas adalah parjurit TNI dan sejumlah petani warga setempat, nampak sosok berbeda yang tetap giat mengambil koral memasukkan ke dalam ember untuk dituang di mesin molen.
Adalah Parti (53), perempuan satu satunya dalam kegiatan pembangunan jalan tersebut.
“Iya sudah beberapa hari ini saya membantu pekerjaan pembangunan jalan tani. Besok sudah mau pindah ke Gresik, kerja bangunan juga,” katanya.
Parti mengaku meluangkan waktu untuk membantu parjurit TNI membangun jalan tani untuk mempermudah masyarakat mengangkut hasil panen mereka karena merasa bahwa jalan tersebut sangat dibutuhkan dan ditunggu masyarakat.
“Jalan ini sangat ditunggu warga agar mereka bisa mudah mengangkut hasil panen maupn mengangkut pupuk ke sawah mereka. Makanya kita ikut bantu,” imbuhnya.
Parti mengaku sudah puluhan tahun menjadi pekerja kuli bangunan di sejumlah kabupaten kota bersama suaminya Siran. Baginya pekerjaan yang dianggap kasar tersebut adalah hal biasa.
“Yang kita kerjakan di sini sama dengan bapak-bapak lainnya, ambil koral, ambil pasir atau nimba air karena di sini jauh dari sumber air, kita harus nimba mindahin air dari penampungan ke bak yang dekat mesin molen. Bagi saya itu pekerjaan biasa,” ujarnya sambil tersenyum.
Parti mengkau memahami pentingnya jalan bagi petani seperti dirinya yang memiliki lahan pertanian dan memelihara sapi dan kambing.
Untuk membawa pulang panen jagung, dia mengaku terpaksa menggendong hingga 3 kilometer agar sampai ke rumah.
“Kalau jalan ini selesai kan tidak perlu lagi menggendong hasil panen atau nyari rumput, tinggal naikkan motor lebih mudah. Terima kasih dengan TMMD ini petani punya jalan untuk membawa hasil panen,” pungkasnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang