Sementara itu, di lantai empat, para pekerja sedang melakukan pengecoran atap.
Siswa kelas satu SMA ini mengaku masih merasakan trauma mendalam akibat peristiwa tersebut.
Suara gemuruh reruntuhan dan teriakan teman-temannya masih terngiang jelas di benaknya.
"Masih sering kepikiran, kadang-kadang takut. Trauma karena kejadiannya sangat mengagetkan," katanya.
Baca juga: UPDATE Korban Meninggal Ponpes Al Khoziny Bertambah Jadi 9 Orang, Ini Identitasnya
Meski demikian, NSR yang telah menimba ilmu di Ponpes Al Khoziny sejak 2022 ini bertekad untuk kembali melanjutkan pendidikannya. Ia tidak ingin tragedi ini menghalangi cita-citanya.
"Sayang sekolahannya kalau berhenti. Saya akan tetap kembali ke pondok," katanya.
Setelah kejadian, NSR mendapat perawatan medis di lokasi dari tim yang bertugas dan tidak sampai dirawat di rumah sakit.
Ia kemudian dijemput oleh orang tuanya untuk kembali ke Malang.
Sebelumnya diberitakan, dua dari enam santri asal Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang, Jawa Timur dilaporkan menjadi korban luka ringan dalam insiden ambruknya bangunan mushala di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Sidoarjo, pada Senin (29/9/2025) sore.
Camat Kedungkandang, Fahmi Fauzan, mengonfirmasi kabar tersebut pada Jumat (3/10/2025).
Ia menyatakan bahwa total ada enam santri dari wilayahnya yang menimba ilmu di ponpes tersebut, tersebar di Kelurahan Kedungkandang dan Lesanpuro.
"Empat anak dari Kelurahan Kedungkandang dipastikan selamat tanpa luka. Sementara dua anak lainnya dari Kelurahan Lesanpuro mengalami luka ringan," jelas Fahmi pada Jumat (3/10/2025).
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang