Tetapi ia tetap menghormati keputusan masing-masing suporter.
“Kalau saya sempat bingung karena sempat gantung syal. Tapi Arema harus tetap jalan, saya ingat-ingat pesannya Ovan Tobing, juga pernah terakhir wawancara dengan Lucky Acub Zainal, bahwa apapun yang terjadi harus mempertahankan Arema,” ujar pria yang juga berprofesi sebagai dosen di Politeknik Negeri Kota Malang.
“Kon oleh bener tapi nggak oleh bener dewe. Silakan dengan jalan masing-masing,” sambungnya.
Selain itu selama gantung syal ia mengaku juga sempat rehat untuk datang ke stadion dan memilih turun ke jalan mengikuti aksi bersama Aremania lain untuk menuntut keadilan atas tragedi paling mematikan kedua dalam sejarah sepak bola.
Kini, 3 tahun setelah tragedi, rasa kecewa masih ada. Menurutnya, jalur hukum yang ditempuh Aremania terbentur banyak hal.
“Tidak ada perubahan karena kita tidak dapat menuntut keadilan. Kita sempat membuat laporan sampai P3 tapi tidak bisa karena kita tidak punya yayasan dan manajemen tidak mendukung. Jadi sangat sulit akhirnya saya berpikir tetap berjuang sesuai kemampuan saja,” tuturnya.
Untuk itu merawat ingatan menjadi kunci agar tragedi kanjuruhan ini tidak dilupakan. Meski tragedi itu pahit, ia mencoba melihat sisi lain.
Ia menilai ada dampak positif bagi hubungan antarsuporter sepak bola di Indonesia. Namun ia juga mengingatkan bahwa masih kejadian dari kelompok suporter yang tidak belajar dari tragedi.
“Untuk sepak bola Indonesia ini menjadi damai. Saya punya video ketika ada yang pakai baju Persebaya di Malang juga tidak apa-apa, nggak ada yang ngamuk. Ya lebih dewasa," kata Indra Lukmana Putra.
Baca juga: Keluarga Korban Minta Komnas HAM Tetapkan Tragedi Kanjuruhan Sebagai Pelanggaran HAM Berat
"Yogyakarta dan Solo juga aman gara-gara Arema. Kita sama suporter Persib, The Jak dan Bonek juga berdamai. Itu artinya tidak ada yang berharga dari nyawa,” imbuhnya.
Sebagai Aremania yang sebelum tragedi setia away mendukung Arema berlaga mengarungi kompetisi, ia masih menyimpan harapan besar untuk klub kebanggaan Malang Raya ini.
“Ya, yang utama Arema satu meskipun sulit. Tapi bismillah, karena itu pekerjaan rumah kita. Kalau ngurus tragedi Kanjuruhan saja sulit, banyak yang dihadapi,” pungkas pria yang juga kolektor jersey sepak bola.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang