Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merawat Ingatan Tragedi Kanjuruhan, Mahasiswa FIB UB Gelar Pameran Seni Gugat Impunitas

Kompas.com, 1 Oktober 2025, 15:22 WIB
Nugraha Perdana,
Andi Hartik

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.com - Tepat di penghujung peringatan tiga tahun Tragedi Kanjuruhan, mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya (FIB UB) di Kota Malang, Jawa Timur, menggelar pameran karya seni sebagai wujud perlawanan kolektif.

Bertempat di lingkungan kampus, pameran yang berlangsung dari 29 September hingga 1 Oktober 2025 ini bertujuan merawat ingatan publik dan menggugat impunitas yang masih menyelimuti tragedi kemanusiaan tersebut.

Ketua Pelaksana Pameran, Gendadianta Hibrizi Kuncoro, menjelaskan bahwa acara ini bukan sekadar ajang mengenang, melainkan sebuah seruan untuk bertindak. Tema pameran tersebut yakni Membangun Ingatan, Membongkar Impunitas, Menggugat Keberanian, Menguatkan Solidaritas.

Baca juga: 3 Tahun Tragedi Kanjuruhan, Kuasa Hukum Keluarga Korban Sebut Keadilan Belum Didapatkan

Pameran ini dirancang untuk mendobrak kebisuan dan menuntut keadilan yang belum tuntas.

"Tragedi Kanjuruhan dengan 135 korban jiwa bukanlah luka milik Aremania atau warga Malang saja, ini adalah luka kita bersama sebagai bangsa Indonesia," ujar Gendadianta pada Rabu (1/10/2025).

"Melalui karya seni, puisi, dan kontemplasi, kami ingin menyadarkan kembali masyarakat tentang apa yang terjadi dan apa yang harus kita lawan bersama," sambungnya.

Baca juga: 3 Tahun Tragedi Kanjuruhan, Arema FC Janji Tak Henti Berbenah

Menurutnya, kasus ini masih jauh dari kata selesai, baik dari aspek hukum maupun sosial. Ia menyoroti perjuangan delapan keluarga korban yang hingga kini masih aktif menyuarakan keadilan dan menolak dibungkam dengan kompensasi materi.

"Pameran ini adalah bentuk dukungan kami agar suara mereka tidak lekang oleh waktu. Keadilan harus ditegakkan sebagaimana mestinya," tambahnya.

Pameran ini menampilkan lebih dari 20 karya seni yang berasal dari berbagai sumber. Sebagian merupakan karya pilihan dari mahasiswa baru FIB UB yang merefleksikan isu-isu sosial seperti kekuasaan yang korup dan perjuangan penegakan hukum.

Karya lainnya berasal dari submisi terbuka untuk umum, berupa poster, puisi, dan tulisan kontemplatif.

Namun, yang paling menyita perhatian adalah karya-karya lukisan di atas batu oleh siswa kelas 2 dan 4 SD dari Sekolah Seni Sahidnya Nawasena, Sukolilo, Kabupaten Malang.

"Karya dari anak-anak ini menjadi pengingat kuat bahwa nilai kemanusiaan dan empati harus ditanamkan sejak dini. Perjuangan melawan ketidakadilan bukanlah tanggung jawab orang dewasa semata," jelas Gendadianta.

Dampak pameran ini dirasakan langsung oleh para pengunjung. Nadia Lutfiah, seorang mahasiswi FIB asal Bogor, mengaku wawasannya terbuka setelah mengunjungi pameran.

"Saya bukan orang Malang dan awalnya tidak tahu banyak detail tentang tragedi ini. Setelah melihat karya-karya di sini, saya menjadi semakin melek bahwa keadilan bagi 135 korban jiwa memang belum ditegakkan," ungkap Nadia.

"Pameran ini membuat saya sadar bahwa aparat belum memberikan jawaban yang tuntas kepada masyarakat," tambahnya.

Sebagai puncak acara, pada Rabu (1/10/2025) malam terakhir pameran akan digelar diskusi publik yang menghadirkan perwakilan keluarga korban, Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Malang, dan Aliansi Jurnalis Independen (AJI).

Diskusi ini diharapkan dapat mengupas tuntas Tragedi Kanjuruhan dari berbagai perspektif, mulai dari dampak bagi keluarga, kebuntuan proses hukum, hingga pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau