Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Yasir, Saksi Santri Keracunan HCL di Lumajang: Saat Lihat Dewangga Muntah-muntah, Pelaku Malah Tertawa

Kompas.com, 1 Oktober 2025, 20:28 WIB
Miftahul Huda,
Aloysius Gonsaga AE

Tim Redaksi

LUMAJANG, KOMPAS.com - Santri berinisial A yang memberikan larutan Hydrochloric Acid (HCL) atau asam klorida, sempat menertawakan korban Dewangga yang muntah-muntah usai meminum larutan tersebut.

Hal ini disampaikan Yasir Reihan Nur Syafa'at, rekan korban sekaligus saksi kejadian tersebut.

Menurut Yasir, santri terduga pelaku berinisial A ini sedang tiduran di kamar sambil memegang botol minuman soda berwarna hijau.

Tiba-tiba, Dewangga yang baru datang ke kamar meminta botol yang awalnya dikira minuman itu ke santri A.

Baca juga: Keluarga Dewangga Pernah 3 Kali Mediasi dengan Keluarga Santri Pemberi HCL, Hanya Terima Rp 1,2 Juta

Santri A pun tanpa pikir panjang langsung memberikan botol yang dipegangnya kepada Dewangga.

"Dewa bilang minta ke santri A," kata Yasir di Ponpes Asy Syarifiy Lumajang, Rabu (1/10/2025).

Usai Dewangga meminum cairan tersebut, korban lain yakni Azril juga meminum cairan yang sama.

Usai kedua santri tersebut, kata Yasir, santri bernama Rama juga hendak meminum air di dalam botol hijau itu.

Beruntung, pada detik akhir, Rama mengurungkan niatnya.

"Setelah Dewangga, Azril juga meminum cairan tersebut. Rama juga sempat minta tapi tidak jadi meminumnya," terangnya.

Baca juga: Bupati Lumajang Sebut Kasus Santri Keracunan HCL adalah Kecelakaan akibat Kenakalan Anak-anak

Yasir menambahkan, sesaat setelah meminum air dalam botol hijau itu, Dewangga dan Azril mengalami gejala muntah-muntah.

Bukannya menolong, kata Yasir, santri A malah terlihat tertawa dan tidak memberi tahu bahwa air dalam botol yang diminum kedua temannya adalah cairan berbahaya.

"Setelah Dewa mulai mengalami muntah-muntah, A terlihat tertawa dan tidak memberi tahu kalau cairan yang diminum itu berbahaya," ujar Yasir.

Santri A baru mengakui perbuatannya saat ketiga temannya yakni Dewangga, Azril, dan Rama hendak dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan pertama.

Akibat perbuatannya itu, Dewangga menderita penyumbatan saluran pencernaan dari lambung menuju usus.

Ia tidak bisa makan melalui mulut. Sebagai pengganti, Dewangga harus disuntikkan susu khusus melalui selang setiap satu jam sekali.

Baca juga: Santri yang Berikan Larutan HCL untuk Dewangga Sudah Dikeluarkan dari Pondok

Saat ini, Dewangga masih harus menjalani pengobatan intensif. Diperkirakan, kondisi ini akan berlangsung sampai 6 bulan ke depan hingga akhirnya dilakukan operasi oleh dokter.

Sementara, Azril kini masih menjalani proses pemulihan. Dampak yang diterima akibat meminum cairan HCL tidak separah Dewangga.

Rama yang batal meminum larutan tersebut, kini sudah kembali ke pondok pesantren untuk melanjutkan pendidikannya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Wisatawan Lansia Dipungli 'Uang Pengawalan' Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Wisatawan Lansia Dipungli "Uang Pengawalan" Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Surabaya
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
Surabaya
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Surabaya
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Surabaya
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Surabaya
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Surabaya
Pelaku Pungli 'Uang Pengawalan' Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Pelaku Pungli "Uang Pengawalan" Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Surabaya
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Surabaya
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Surabaya
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar 'Uang Pengawalan', Penyandera Ditangkap
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar "Uang Pengawalan", Penyandera Ditangkap
Surabaya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau