“Sering Googling, ternyata kenaikan harga emas itu paling tinggi dibandingkan dengan investasi lainnya,” ucapnya.
Nanda mengaku, tingginya kenaikan harga emas seharusnya membuat harga beli juga mahal.
Namun, karena adanya kemudahan sistem yang ditawarkan oleh Pegadaian, membeli emas menurutnya jadi lebih mudah.
“Cara mudah yang ditawarkan Pegadaian itu yang mebuat kita jadi mudah membeli emas. Padahal secara logika semakin harga naik, pastinya harga belinya juga naik. Bayangin dari uang receh sisa belanja di pasar setiap hari kita bisa beli emas,” ujarnya tersenyum.
Fenomena peralihan dari perhiasan ke tabungan emas tidak hanya dialami Nanda. Pegadaian mencatat, minat masyarakat Ponorogo terhadap investasi emas terus meningkat.
Nanta, pegawai Pegadaian Ponorogo, menjelaskan bahwa harga emas mengalami lonjakan signifikan membuat masyarakat justru semakin berminat membeli emas.
“Sejak Januari sampai September 2025, harga emas naik 35,5 persen. Tahun lalu kenaikannya hanya sekitar 26 persen. Artinya dari kenaikan harga saja ada selisih hampir 10 persen,” terangnya.
Menurutnya, masyarakat semakin cerdas dalam memilih instrumen investasi. Apalagi, melalui tabungan emas, Pegadaian Ponorogo memberikan kemudahan masyarakat membeli emas dengan sistem menabung dengan nilai mulai dari 0,1 gram emas.
Pegadaian mengEMASkan Indonesia, menghadirkan solusi keuangan yang inovatif. “Tabungan emas bisa dimulai dari Rp 30.000 saja. Pedagang kecil bisa menyisihkan Rp 10.000 per hari. Dalam sebulan terkumpul Rp 300.000, lalu dikonversi menjadi 0,1 gram emas,” katanya.
Keunggulan tabungan emas, menurut Nanta, terletak pada kemudahannya. Nasabah tidak perlu menunggu memiliki uang jutaan rupiah untuk membeli emas batangan.
Mereka cukup menabung sesuai kemampuan, lalu saldo otomatis berubah menjadi emas.
Pegadaian yang kini berstatus bullion bank juga menambah fleksibilitas transaksi emas.
“Masyarakat tidak perlu khawatir dengan fluktuasi harga. Justru saat harga naik, mereka merasa diuntungkan. Dengan akses digital, siapa pun bisa membuka tabungan emas kapan saja,” kata Nanta.
Bagi Nanda, tabungan emas bukan sekadar investasi, melainkan jaminan masa depan keluarga.
“Saya merasa lebih tenang. Kalau ada kebutuhan mendesak, emas bisa digadaikan. Kalau untuk jangka panjang, tabungan emas bisa jadi bekal pendidikan anak,” ujarnya.
Pengalaman Nanda menunjukkan bahwa emas telah bertransformasi. Tidak lagi sekadar perhiasan yang dikenakan, tetapi menjadi tabungan yang sederhana, aman, dan terjangkau.
“Bagi saya, tabungan emas benar-benar menolong. Mudah, aman, dan bisa untuk masa depan anak-anak,” tutup Nanda.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang