Bagi Rochmad, warga Gubeng, kesempatan berdialog dengan orang nomor satu di Jatim sangat berarti. Ia tidak menyia-nyiakan momen ketika bisa berbicara langsung di hadapannya. Meski sederhana, baginya suara rakyat kecil patut didengar.
“Ya tadi saya langsung teriak-teriak di depannya terus saya disuruh ngomong. Saya sampaikan kesulitan yang terjadi saat ini,” kata pria berusia 65 tahun itu kepada Kompas.com.
“Bisa ngomong langsung bersyukur karena memang keadaan sedang sulit, biar kepala daerah mendengar sendiri dan bisa disampaikan lagi ke yang atas-atas. Tapi ya mau disampaikan atau tidak terserah, sebagai masyarakat kecil hanya bisa ngomong gini saja,” imbuhnya.
Sementara itu, cerita lain datang dari Ani Suwarni, warga Kertajaya, Surabaya. Ia mengaku awalnya hanya lewat dan penasaran melihat keramaian di depan Grahadi.
“Awalnya tadi saya lewat saja penasaran ada apa kok rame-rame, masak demo lagi. Penasaran akhirnya berhenti, terus saya video-video, enggak tahunya Bu Khofifah bagi-bagi sembako lalu saya ikut antre dan perempuan dikasih dulu,” ujarnya.
Ia mengaku sempat takut keluar rumah karena situasi sempat memanas. Meski begitu, ia mengapresiasi gubernur yang mau turun langsung menemui warga.
“Saya kemarin di rumah saja takut, diberita kan kayak gitu dari sore. Ini tadi juga sama anak, enggak berani sendiri,” kata ibu berusia 59 tahun itu.
“Ya sebagai warga dilayani terus, tadi kan ada bapak-bapak sama ibu-ibu sempat berdialog, ya merasa dilayani. Semoga aman-aman saja ke depannya. Untuk harga beras mahal itu ya tergantung, kalau tidak ada uang ya bagaimana kita mau beli. Serba salah, butuh makan juga,” pungkasnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang