SURABAYA, KOMPAS.com – Usai aksi solidaritas yang berakhir ricuh di depan Gedung Negara Grahadi pada Jumat (29/8/2025) malam, suasana Sabtu (30/8/2025) pagi tampak berbeda.
Sejumlah warga Surabaya berdatangan ke lokasi itu. Sebagian ingin melihat sisa kejadian, sebagian lain hanya terdorong rasa penasaran setelah semalaman menyaksikan berita melalui televisi dan media sosial.
Mereka memarkir kendaraan di pinggir jalan, lalu berjalan mendekat ke titik yang masih menyisakan puing.
Mulai dari sisa pembakaran kendaraan, batu-batu berserakan, dan petugas kebersihan yang bekerja membersihkan lokasi menjadi pemandangan utama.
Tidak sedikit, warga yang mendokumentasikan keadaan itu dengan live video, foto, dan swafoto.
Gubernur turun menyapa warga
Sekitar pukul 10.17 WIB, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa keluar dari Gedung Grahadi didampingi protokoler. Setelah menyaksikan keadaan yang berserakan, ia menyalami warga yang ada di sekitar lokasi dan mengajak berdialog.
“Ayo satu-satu sampaikan keluhannya, silakan ngomongo (berbicara) Mbak?” ucap Khofifah ramah kepada salah seorang ibu yang ada di depannya.
Dengan sabar, ia mendengarkan keluhan masyarakat, mulai soal kesehatan hingga harga beras. Setelah itu, ia juga menyempatkan diri membeli dagangan para pelaku UMKM di sekitar lokasi, mulai dari cilok, dawet ayu, hingga es krim lalu membagikannya kepada warga.
“Wes dituku kabeh (Sudah dibeli semua), semua sudah saya bayar,” ujarnya disambut senyum warga.
Tidak lama kemudian, Khofifah Indar Parawangsa membagikan paket sembako berisi beras 3 kilogram, gula, minyak, mi instan, dan makanan kaleng.
"Mendengar aspirasi dan menemui warga dan berbagi sembako, semoga bermanfaat" ucapnya kepada Kompas.com.
Respons warga
Bagi Rochmad, warga Gubeng, kesempatan berdialog dengan orang nomor satu di Jatim sangat berarti. Ia tidak menyia-nyiakan momen ketika bisa berbicara langsung di hadapannya. Meski sederhana, baginya suara rakyat kecil patut didengar.
“Ya tadi saya langsung teriak-teriak di depannya terus saya disuruh ngomong. Saya sampaikan kesulitan yang terjadi saat ini,” kata pria berusia 65 tahun itu kepada Kompas.com.
“Bisa ngomong langsung bersyukur karena memang keadaan sedang sulit, biar kepala daerah mendengar sendiri dan bisa disampaikan lagi ke yang atas-atas. Tapi ya mau disampaikan atau tidak terserah, sebagai masyarakat kecil hanya bisa ngomong gini saja,” imbuhnya.
Sementara itu, cerita lain datang dari Ani Suwarni, warga Kertajaya, Surabaya. Ia mengaku awalnya hanya lewat dan penasaran melihat keramaian di depan Grahadi.
“Awalnya tadi saya lewat saja penasaran ada apa kok rame-rame, masak demo lagi. Penasaran akhirnya berhenti, terus saya video-video, enggak tahunya Bu Khofifah bagi-bagi sembako lalu saya ikut antre dan perempuan dikasih dulu,” ujarnya.
Ia mengaku sempat takut keluar rumah karena situasi sempat memanas. Meski begitu, ia mengapresiasi gubernur yang mau turun langsung menemui warga.
“Saya kemarin di rumah saja takut, diberita kan kayak gitu dari sore. Ini tadi juga sama anak, enggak berani sendiri,” kata ibu berusia 59 tahun itu.
“Ya sebagai warga dilayani terus, tadi kan ada bapak-bapak sama ibu-ibu sempat berdialog, ya merasa dilayani. Semoga aman-aman saja ke depannya. Untuk harga beras mahal itu ya tergantung, kalau tidak ada uang ya bagaimana kita mau beli. Serba salah, butuh makan juga,” pungkasnya.
https://surabaya.kompas.com/read/2025/08/30/132140378/khofifah-berdialog-dengan-warga-yang-datang-ke-grahadi-pascademo-ricuh