Kenaikan harga beras tidak hanya mempengaruhi daya beli masyarakat, tetapi juga setiap kenaikan 10 persen harga beras dapat meningkatkan angka kemiskinan hingga 1 persen.
Rumah tangga miskin menjadi pihak paling terdampak.
Pelaku UMKM, khususnya usaha kuliner, juga menghadapi tekanan besar karena biaya produksi meningkat.
“Mereka dihadapkan pada dilema menaikkan harga atau mengurangi margin keuntungan,” ucapnya.
Rossa juga mengungkapkan bahwa penyaluran bantuan beras dari pemerintah bagi masyarakat miskin, jangkauannya masih terbatas.
“Untuk UMKM, kontrak jangka panjang dengan harga tetap bersama Bulog bisa menjadi solusi agar biaya bahan baku lebih terprediksi,” ujarnya.
Baca juga: Polda Sumbar Jamin Beras Aman, Bulog Sebut Stok Capai 15.000 Ton
Ia menilai, dalam 10 sampai 20 tahun mendatang, Pulau Jawa diprediksi tidak lagi menjadi penyangga utama beras nasional.
Oleh karena itu, kata dia, pemerintah perlu mengembangkan sumber produksi baru di luar Jawa, dengan pendekatan menyeluruh seperti pembangunan irigasi, infrastruktur transportasi, pelatihan tenaga kerja, hingga insentif bagi petani.
Tidak hanya itu, infrastruktur pertanian harus direncanakan matang agar wilayah baru dapat menjadi lumbung pangan yang berkelanjutan.
“Upaya ini harus disiapkan dari hulu ke hilir agar benar-benar efektif,” katanya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang