Lamisih pun enggan terus menerus menjadi beban negara.
Ia memutuskan untuk mengajukan graduasi mandiri atau keluar dari penerima PKH.
Bukan hanya karena kondisi ekonomi yang membaik, keputusan Lamisih juga didorong oleh niat mulia.
Ia merasa sudah saatnya memberikan kesempatan bagi keluarga lain yang masih lebih membutuhkan.
"Kalau usaha sudah berkembang dan penghasilan stabil, rasanya sudah saatnya lepas. Bantuan itu lebih baik diberikan kepada keluarga yang benar-benar masih kesulitan," tutur Lamisih.
Baca juga: KPK Sebut Negara Rugi Rp 200 Miliar akibat Korupsi Penyaluran Bansos Beras
"Bansos itu bukan untuk selamanya. Kalau kita mau usaha, sabar, dan terus belajar, Insya Allah bisa mandiri," lanjutnya
Langkah ini sejalan dengan visi besar Kementerian Sosial yang ingin mendorong keluarga penerima manfaat agar tidak selamanya bergantung pada bantuan, melainkan mampu bangkit dan mandiri.
Keputusan Lamisih mendapat dukungan penuh dari Bambang, pendamping PKH di Desa Pakel.
Baginya, Lamisih adalah contoh ideal dari tujuan utama program PKH yakni menciptakan keluarga yang mandiri.
Bambang berharap, kedepan banyak keluarga penerima manfaat (KPM) PKH yang akan mengikuti jejak Lamisih, jadi keluarga mandiri dan bisa membuka lapangan pekerjaan untuk orang lain.
"Semoga kemampuan Ibu Lamisih untuk graduasi ini bisa menjadi inspirasi bagi keluarga lain, terutama KPM dari PKH dan BPNT, untuk bangkit dan memperbaiki kondisi ekonomi," ujar Bambang.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang