LUMAJANG, KOMPAS.com - Warga Desa Salak, Kecamatan Randuagung, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, diiming-imingi minyak goreng murah oleh sekelompok orang tak dikenal.
Minyak goreng kemasan yang di pasaran dijual Rp 18.000 - 25.000 per liter ini, dijual oleh sekelompok orang ini dengan harga Rp 7.000 - 10.000 per liter.
Syaratnya, warga diwajibkan membawa Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan foto selfie.
Baca juga: Bolehkah Pakai Make Up Saat Foto KTP? Ini Aturan Resmi Dukcapil
Video warga yang mengantre minyak goreng murah ini pun viral di media sosial TikTok. Mereka khawatir KTP warga tersebut disalahgunakan.
Kasi Humas Polres Lumajang Ipda Untoro Abimanyu membenarkan peristiwa tersebut terjadi di Desa Salak pada Selasa (19/8/2025).
Baca juga: Terpidana Kasus e-KTP Setnov Bebas Bersyarat, Ini Respon Ketua KPK
Menurutnya, ada sembilan orang yang saat itu menawarkan minyak goreng dengan harga murah, yakni Rp 7.000 - 10.000 per liter kepada warga di Desa Salak.
Warga diminta KTP-nya untuk difoto dan melakukan verifikasi berupa foto selfie oleh sekelompok orang tersebut.
"Benar ada sekelompok orang, jumlahnya sembilan orang menawarkan minyak murah, syaratnya KTP sama foto selfie," kata Untoro melalui sambungan telepon, Rabu (20/8/2025).
Saat ini, sembilan orang yang menawarkan minyak goreng dengan harga murah itu sedang diperiksa oleh Satuan Reskrim Polres Lumajang.
Tidak disebutkan identitas sembilan orang tersebut. Namun, Untoro memastikan semua yang terlibat dalam praktik jual minyak goreng murah itu bukan warga Lumajang.
"Kalau identitasnya masih di Reskrim, yang pasti semuanya bukan warga Lumajang," kata Untoro.
Selain memeriksa sembilan orang yang menjual minyak goreng murah, polisi juga sudah melakukan pemeriksaan terhadap warga yang membeli minyak goreng tersebut.
Saat ini, status sembilan orang tersebut belum ditetapkan sebagai tersangka. Polisi masih menyelidiki apakah ada niat jahat dalam praktik jual minyak goreng tersebut.
"Kami masih selidiki motifnya apa, apakah ada niat jahat, sampai sekarang status sembilan orang itu masih saksi," pungkasnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang