BANYUWANGI, KOMPAS.com - Sopir yang terjebak dalam kemacetan ekstrem di Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, Jawa Timur, mengalami kesulitan bergerak dan berpikir tenang.
Mereka tidak hanya menghadapi masalah finansial akibat perjalanan yang lebih lama dari biasanya, tetapi juga terancam denda dari perusahaan tempat mereka bekerja.
Adung, seorang sopir kargo asal Jakarta, mengungkapkan keluhannya saat melakukan demonstrasi di depan Kantor ASDP Ketapang pada Jumat (1/8/2025).
"Uang makan tidak ada, sudah habis. Ada yang cadangan buat dua hari, tidak tahu cukup atau tidak," ujar Adung.
Ia telah terjebak di area penampungan kendaraan di Dermaga Bulusan sejak 28 Juli 2025 dan hingga saat ini belum diberangkatkan.
Baca juga: Tertahan 4 Hari di Penampungan, Sopir Geruduk Pelabuhan Ketapang
Adung menghadapi konsekuensi denda akibat keterlambatan pengiriman barang, meskipun keterlambatan tersebut di luar kendalinya.
"Perusahaan dan sopir kena denda (dari e-commerce)," tambahnya.
Besaran denda yang dikenakan bervariasi tergantung pada muatan, dengan batas pengiriman yang ditetapkan selama tiga hari.
Namun, Adung yang berangkat dari Jakarta pada 25 Juli kini telah tujuh hari dalam perjalanan, dan paket yang dibawanya belum sampai ke pelanggan.
"Apabila pengiriman telah melebihi waktu yang ditentukan, barang-barang yang dibawanya otomatis diretur atau dikembalikan," ujarnya.
Sejumlah sopir truk lainnya juga ikut serta dalam protes tersebut, menuntut perhatian karena telah berhari-hari terjebak di buffer zone atau tempat penampungan kendaraan di Dermaga Bulusan.
Baca juga: Polda Jatim Urai Kemacetan Parah Menuju Pelabuhan Ketapang dengan Gunakan Buffer Zone
General Manager ASDP Ketapang, Yannes Kurniawan, menjelaskan bahwa antrean kendaraan terjadi karena ketidakseimbangan antara volume kendaraan yang datang dan jumlah kapal yang beroperasi.
"Walaupun 9 kapal, tapi kalau dalam sehari kurang dari 8 trip sama saja," kata Yannes.
Peningkatan jumlah kendaraan disebabkan oleh penutupan jalur Gumitir dan pengalihan jalan di wilayah Situbondo.
Saat ini, dari total sembilan kapal yang beroperasi di Dermaga LCM, hanya enam kapal yang aktif.
"Total kapal di LCM 6 kapal, ada 19 di MB satu hingga empat," tuturnya.
Untuk mengatasi kemacetan, dua kapal, KMP Port Link 7 dan KMP Liputan XII, telah diperbantukan di Dermaga Bulusan.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang