SURABAYA, KOMPAS.com - “Kak, aku ada pr (pekerjaan rumah) matematika buat besok.”
“Kak hari ini kita main quiz tentang Indonesia aja.”
Kalimat-kalimat itu yang selalu menjadi pembuka sebelum memulai kelas bimbingan belajar (bimbel) di Balai RW III, Kelurahan Ketintang, Kecamatan Gayungan, Surabaya, Jawa Timur.
Terlihat ruangan Balai RW yang dipenuhi tawa dan celotehan anak-anak yang sedang belajar di bawah bimbingan remaja Karang Taruna RW III.
Sebanyak 5 hingga 6 anak berkumpul membentuk kelompok-kelompok kecil dengan setiap pembimbing duduk di tengah-tengah.
Mereka ada yang tengah sibuk mengerjakan soal matematika, sejarah, bahkan sekadar belajar pengetahuan umum seputar Surabaya lewat quiz menyenangkan.
Baca juga: Dukung Jam Malam Eri Cahyadi, Anak Surabaya Belajar Malam demi Hindari Pergaulan Bebas
Ketua RW III, Kelurahan Ketintang, Sutomo mengatakan kegiatan ini sudah berjalan hampir 9 tahun itu.
Sekaligus dalam rangka mendukung kebijakan jam malam pada anak yang dicetuskan Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi.
“Jadi, kemudian ada Pak Eri memprogramkan jam malam bagi anak-anak, tentunya dengan program ini secara langsung atau secara tidak langsung, tidak langsung atau langsung kami pasti mendukung,” kata Sutomo saat ditemui Kompas.com, akhir pekan lalu.
Ia menjelaskan anak-anak yang turut bergabung dalam bimbel tersebut tidak hanya berasal dari RW III, tetapi juga RW II hingga warga Menanggal dan Wonokromo.
“Kalau rata-rata anak yang ikut bimbel disini dari RT I sampai VIII, tapi kampong-kampung lain juga ada yang ikut, paling jauh ada yang dari Wonokromo,” tuturnya.
Baca juga: Eri Cahyadi Sebut Satgas Kampung Pancasila Efektif di Program Jam Malam Anak di Surabaya
Bimbel biasanya dimulai setiap Jumat pukul 19.00 sampai 20.30 WIB.
Ada juga kegiatan Ngaji Bareng yang diikuti setiap harinya di TPA Masjid Al-Hidayah sekitar pukul 16.30 sampai 18.00 WIB.
“Walaupun seminggu sekali kita mengadakan di hari Jumat, tapi di hari-hari biasa anak-anak juga enggak banyak yang keluyuran main-main gitu enggak,” ujarnya.
Sutomo menjelaskan awal mula diadakannya program bimbel ini berangkat dari pencanangan program bimbingan belajar untuk perlombaan Kampung Merdeka dan Kampung Pendidikan Surabaya (KP-KAS) pada 2017.
Baca juga: Ikuti Dedi Mulyadi, Bupati Sumbawa Barat Berlakukan Jam Malam Pelajar
Dari program ini, anak-anak berhasil menyabet juara 1 tingkat madya.
Setelah itu, ide tersebut berlanjut untuk diimplementasikan di bawah bimbingan para pengajar dari Karang Taruna RW III.
Ada sekitar 10 orang Karang Taruna yang bertugas untuk menjalankan program tersebut.
Mulai dari yang masih menempuh bangku SMP hingga kuliah.
Mereka dengan sepenuh hati berbagi ilmu kepada anak-anak TK hingga SD kelas 6 yang berjumlah sekitar 40 anak.
Sutomo juga melihat adanya potensi yang perlu dikembangkan dari para generasi muda untuk terus mengasah kemampuan dan pengetahuannya.
“Apalagi kalau saya lihat masyarakat di sekitar sini kan mayoritas dari golongan kelas menengah kebawah, jadinya saya melihat ada potensi dalam diri anak-anak baik remajanya untuk mengasah softskill baru ataupun anak-anaknya untuk berbagi ilmu,” jelasnya.
Baca juga: Anak SD di Surabaya Terjaring Sweeping Jam Malam Saat Jualan Makanan Ringan
Para pengajar dalam program bimbel ini juga sudah berjalan tiga generasi dan terus dilaksanakan secara turun-temurun.
“Jadi seperti Aurel ini dia dulunya murid, sekarang jadi pengajar atau ada ibu ini dulunya dia murid, sempat jadi pengajar, sekarang punya anak juga sekarang diikutkan bimbel disini,” ucapnya.
Kini, para pengajar untuk kegiatan bimbel RW III juga kerap kali dibantu dari guru volunteer SD-SMP se-Surabaya yang digilir berdasarkan rekomendasi kedinasan.
“Biasanya ada tambahan guru volunteer sekitar 14 sampai 15 orang, tapi kalau sekarang karena masih baru masuk dari libur sekolah makanya belum ada,” sebutnya.
Baca juga: Jam Malam Anak di Surabaya Berlaku, Eri Cahyadi: Menghindari Kejahatan Kekerasan
Ketua Karang Taruna RW III, Hafidz A’inur Ramadhan menuturkan tujuan utama dari kegiatan bimbel tersebut sebagai upaya mengurangi adanya pergaulan bebas, kenakalan remaja, dan kegiatan geng motor.
“Selain itu juga bisa saling berbagi ilmu pengetahuan dengan teman-teman yang ada di sini,” kata Hafidz.
Ia mengaku para pendidik dari Karang Taruna tidak menjalani pelatihan khusus dan hanya mengajarkan sesuai dengan keinginan anak-anak.
“Jadi setiap hari kita selau tanya ‘kalian hari ini mau belajar apa?’, kadang mereka minta matematika, IPA, atau misal sekedar kuis. Jadi setiap kelompok belajar itu beda-beda mata pelajarannya,” jelasnya.
Baca juga: Eri Cahyadi Datangi Sejumlah Warung Saat Sweeping Jam Malam Anak
Menurutnya, dengan metode belajar yang seperti itu semakin memudahkan anak-anak untuk cepat mencerna plejaran dan tidak bosan.
“Karena kan mereka pagi sampai siang sudah sekolah, sore ngaji, terus malamnya belajar lagi. Jadi biar gak jenuh kita bikin konsepnya belajar sambil bermain,” paparnya.
Ditambah lagi, bagi anak yang mendapatkan nilai rapor di atas 96 biasanya akan diberikan reward kecil-kecilan berupa buku, pensil, atau tas untuk lebih memacu semanat belajar.
“Untuk bimbelnya sendiri memang gratis, tapi kita ada bantuan dana dari RW, jadi itu yang kita gunakan untuk reward untuk mereka, terus sebelum pulang biasanya juga kita kasih jajan kecil-kecilan ke adik-adiknya,” tuturnya.
Tidak hanya bermanfaat bagi para murid, tetapi program ini juga menjadi saran pembelajaran remaja Karang Taruna dalam pengendalian emosi.
“Jadi agar pemuda-pemuda itu lebih proaktif dan bermanfaat untuk lingkungan sekitar, terutama di kampungnya sendiri dulu. Selain itu, untuk mencegah pergaulan bebas, tawuran,” katanya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang