Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berawal dari Hobi, Penjual Layangan Raup Untung Berkali Lipat

Kompas.com, 18 Juli 2025, 20:28 WIB
Azwa Safrina,
Bilal Ramadhan

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com - Nama layang-layang memang sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia.

Permainan tradisional berupa lembaran tipis beragka bambu yang memanfaatkan kekuatan angin untuk bisa diterbangkan ke udara itu memang menjadi salah satu permainan yang ikonik saat musim kemarau.

Di tengah cuaca yang cerah dan hembusan angin yang kencang menjadi momen yang menyenangkan untuk melepas penat dengan bermain di tanah lapang.

Seperti saat ini, tren bermain layangan kembali ramai digemari masyarakat Surabaya dan sekitarnya mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang tua.

Setiap sekitar pukul 15.00 WIB hingga 17.00 WIB masyarakat Surabaya, Sidoarjo, dan sekitarnya berkumpul di sekitar area tanah lapang di Pondok Candra, Kecamatan Waru, Sidoarjo.

Di antara kerumunan para pemain layangan itu, tampak seorang pria bertubuh jangkung yang sedang asyik menarik-ulur seutas benang tipis sembari tersenyum lebar saat menerbangkan layangannya di langit.

Baca juga: Musim Layangan di Surabaya, Pedagang Untung Berkali-kali Lipat

Tapi siapa sangka pria tersebut tidak hanya hobi bermain layangan sejak kecil, tetapi juga terinspirasi untuk membuka bisnis kecil-kecilannya.

Dengan bersandarkan bagasi mobilnya, Yuddan Fijar (32) menjejerkan aneka ragam layang-layang dengan harga dibanderol mulai dari Rp 2.000 hingga Rp 6.000.

“Kalau yang biasa itu namanya layangan sayur Rp 5.000 dapat tiga, layangan sukhoi standar itu Rp 2.000, kalau layangan militan Rp 3.500. kalau ini layangan turnamennya Rp 5.000 atau ada juga yang Rp 6.000 juga,” ujar Yuddan saat ditemui Kompas.com, Kamis (17/7/2025).

Sudah sekitar tiga minggu hampir setiap hari antara pukul 15.30 sampai 16.30 WIB, dia bersama rekannya mengunjungi tanah lapang itu dan berhasil menjual kurang lebih 1.000 layangan per harinya.

“Bisa untung lebih dari 100 persen, Mbak, berkali-kali lipat. Biasanya kalau di luar musim layangan paling sehari cuma sekitar 10 sampai 15 layangan yang laku, kalau sekarang sehari saja 1.000 layangan kita bawa bisa habis,” kata Yuddan.

Baca juga: 2 Motor Tabrakan di Kulon Progo Gegara Tali Layangan, 2 Orang Luka

Ia mengaku, bisnis layangan itu berawal dari hobinya sejak anak-anak yang suka bermain layang-layang.

“Saya kan dari kecil karena memang suka layangan, ya terus belajar membuat layangan pada tahun lalu,” tuturnya.

Di bulan yang sama pada tahun lalu, Yuddan melihat banyaknya warga sekitar rumahnya di Gedangan, Sidoarjo yang bermain layang-layang.

Dia pun memutuskan untuk mengambil peluang tersebut dengan membeli beberapa layangan dari salah seorang pengrajin.

Halaman:


Terkini Lainnya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau