BANGKALAN, KOMPAS.com - Nelayan Kecamatan Modung, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur menemukan jenazah di tengah laut saat sedang mencari ikan.
Diduga, jenazah tersebut merupakan pemancing asal Kabupaten Pasuruan yang hilang sejak Minggu (13/7/2025) lalu.
Kasat Polair Polres Bangkalan, Iptu Muarib mengatakan, pihaknya semula mendapatkan informasi adanya jenazah mengambang sejak pukul 10.00 pagi.
Setelah ditelusuri, jenazah itu terbawa arus ke arah timur.
"Sekitar pukul 16.00 mayat sudah ditemukan dan dibawa ke pesisir Modung, lalu dievakuasi ke RSUD Syamrabu Bangkalan," ujarnya, Kamis (17/7/2025).
Baca juga: Mayat Mengambang Diduga Pemancing asal Pasuruan yang Hilang akibat Perahu Dihantam Ombak
Ia mengatakan, setelah evakuasi, petugas tidak mendapatkan identitas dari tubuh korban.
"Mayatnya berjenis kelamin laki-laki dan identitas belum ditemukan," ujarnya.
Jenazah itu diduga merupakan pemancing yang hilang di perairan Pasuruan.
Diduga, jenazah itu terbawa arus hingga perairan Bangkalan.
Identitas korban yang hilang yakni Daiman (60), warga Dusun Lekok, Kabupaten Pasuruan.
"Kami dapat informasi bahwa 4 hari yang lalu di Pasuruan ada pemancing yang hilang akibat perahu terbalik kena ombak. Kami sudah koordinasi dengan Polair Pasuruan dan Polsek Lekok untuk mengecek mayat di Bangkalan," ujarnya.
Tak hanya itu, Muarib mengatakan, berdasarkan keterangan pihak keluarga korban pada Polsek Lekok, pihak keluarga mengaku mengenali pakaian yang dipakai oleh korban.
"Menurut Kapolsek Lekok, pihak keluarga mengenali pakaian ini, sehingga petugas dan keluarga akan datang ke sini melakukan pengecekan," katanya.
Baca juga: 2 Korban Kapal Pemancing Ikan Terbalik Ditemukan di Perairan Lekok Pasuruan
Sementara itu, dokter Forensik RSUD Syamrabu Bangkalan, dr Edy Suharto mengaku telah melakukan pemeriksaan pada jenazah tersebut.
Ia menemukan adanya luka akibat benda tumpul di kaki korban.
"Ada tanda kekerasan di kaki kanan dan kiri, diduga akibat benda tumpul, entah itu benturan atau apa. Namun, luka itu terjadi saat korban masih hidup, bukan saat meninggal," katanya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang