SURABAYA, KOMPAS.com - Wakil Wali Kota Surabaya Armuji banyak menuai sorotan memasuki periode keduanya. Dia kerap turun ke lapangan menyelesaikan persoalan masyarakat.
Tak hanya itu, di periode kedua mendapingi Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, Armuji atau biasanya disapa Cak Ji membentuk Rumah Aspirasi yang menampung banyak keluhan warga.
Pengajar Departemen Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Irfa'i Afham mengatakan, ciri khas dari Cak Ji dengan citra diri yang merakyat dan menggunakan pola komunikasi populis.
Baca juga: Ke Armuji, Warga Surabaya Adukan PHK Sepihak Universitas, Sebut Korbannya sampai Meninggal dan Sakit
Pola komunikasi populis yang dimaksud adalah gaya komunikasi politik yang digunakan untuk membangkitkan emosi publik dan menciptakan rasa simpati terhadap rakyat yang seringkali dilawankan dengan elit.
Komunikasi populis sering menggunakan narasi yang memproduksi dan mendistribusikan sentimen, serta cenderung bersifat advokasi terhadap rakyat atau konfliktif terhadap kaum elit.
“Pola komunikasi yang merakyat ini juga sekaligus melengkapi Pak Eri sendiri yang mungkin cenderung top to down ya, dari atas ke bawah, dibandingkan sama Cak Ji yang lebih pada blusukan dan menggunakan komponen kerakyatan dengan masyarakat kelas bawah,” kata Irfa'i saat dihubungi Kompas.com, Selasa (3/6/2025).
Baca juga: Armuji Terima Aduan Warga dan Janji Sidak, Ada Kasus Pertanahan serta Sengketa Rumah
Melalui pola komunikasi populis tersebut, Cak Ji banyak mendengar keluhan dari warga dan turun ke lapangan untuk menyelesaikannya secara langsung.
Meskipun begitu, pola komunikasi populis yang dipraktikkan Cak Ji ini memiliki tantangan tentang bagaimana menyelesaikan masalah mikro yang ada di masyarakat dalam permasalahan struktural yang lebih besar.
“Karena kalau kita lihat di era sekarang dengan berbagai macam dinamika politik, potensi berbagai macam hal seperti politisasi atau kriminalisasi dengan berbagai macam kasus bisa dialami oleh siapa pun, bahkan orang yang kita lihat enggak ada apa-apa pun bisa memunculkan sesuatu,” tuturnya.
Pola komunikasi yang digunakan Cak Ji tersebut juga sangat sesuai dengan karakteristik masyarakat Surabaya yang cenderung frontal atau straight forward, tegas, dan blak-blakan.
“Secara relatif itu berhasil membumi dan melekat dalam kehidupan orang Surabaya yang pola komunikasi cenderung frontal atau straight forward, langsung tembak di depan ibaratnya. Jadi orang Surabaya cenderung puas dengan pola komunikasi yang seperti ini,” ujarnya.
Selanjutnya, Cak Ji harus bisa menghadapi kritik, aspirasi, atau permasalahan yang lebih besar.
“Mengingat Surabaya ini kota besar, isinya pendatang, dan kota pun dituntut untuk terus-menerus berkembang. Jadi, suatu entitas dalam diri suatu kota itu enggak ada berhentinya dan harus terus membesarkan dirinya,” pungkasnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang