NGANJUK, KOMPAS.com – Temuan Lingga dan Yoni yang disebut-sebut terbesar di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, yang berada di area persawahan Dusun Pojok, Desa Tanjungkalang, Kecamatan Ngronggot rusak akibat dicongkel.
Mirisnya, para terduga pelaku mengaku sebagai pegawai Dinas Kepemudaan, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata (Disporabudpar) Kabupaten Nganjuk.
Kejadian ini terungkap setelah Kepala Bidang (Kabid) Kebudayaan Disporabudpar Nganjuk, Amin Fuadi, menerima laporan dari salah satu stafnya, Aries.
“Jadi kita dapat laporan dari seseorang (yang menghubungi) Mas Aries, yang mengatakan Lingga Yoni yang ada di Dusun Pojok itu mau dilakukan penataan,” ujar Amin kepada Kompas.com, Selasa (27/5/2025).
Baca juga: Penemu Situs Lingga Yoni Terbesar di Indonesia Dapat Hadiah Rp 17 Juta
Oleh Aries, kata Amin, pihak yang menghubungi tersebut diminta untuk menghentikan penggalian di lokasi.
Ia juga meminta aktivitas tersebut dihentikan hingga pihak Disporabudpar Nganjuk datang ke lokasi.
Pihak Disporabudpar Nganjuk pun memutuskan datang ke lokasi pada Selasa (27/5/2025) hingga akhirnya terungkap dugaan adanya pihak yang mengatasnamakan pegawai Disporabudpar Nganjuk hendak melakukan penggalian ilegal.
“Saat kami datang, Pak RT ini menceritakan kronologisnya bahwa kejadiannya itu mereka (para terduga pelaku) malam sebelumnya melakukan sesaji di situ, baru siangnya mereka bertindak (melakukan penggalian),” ucap Amin.
Menurut Amin, para terduga pelaku ini mengeklaim saat melakukan ritual mendapatkan wisik atau bisikan batin, yang meminta mereka melakukan penggalian dan mengangkat benda purbakala tersebut.
Baca juga: Yoni Tanpa Lingga Ditemukan di Boyolali, Peninggalan Mataram Kuno?
Penggalian ilegal tersebut, kata Amin, diperkirakan terjadi pada Kamis (22/5/2025) atau Jumat (23/5/2025) pekan lalu.
Warga yang mengetahui aksi tersebut kemudian menegur para terduga pelaku dan melaporkan ke RT.
Kepada pihak Disporabudpar Nganjuk, pihak RT menyebut bahwa para terduga pelaku yang berjumlah empat orang itu mengaku berasal dari dinas, bahkan salah satunya mencatut nama Aries.
“Ciri khasnya salah satu (terduga pelaku) adalah berambut panjang, bercelana pendek, matanya sipit, tinggi,” ujar Amin.
Rusak parah
Setelah mendapatkan keterangan dari RT, pihak Disporabudpar Nganjuk mendatangi lokasi untuk mengecek kondisi Lingga dan Yoni di Dusun Pojok.
“Ternyata betul, di lokasi sudah ada galian, dan kami amati pada tahun 2017 atau 2018 saya menyaksikan ke sana, itu dulu masih utuh kondisinya, baik itu Lingga maupun Yoni-nya,” beber Amin.
“Nah, saat ini kami melihat sudah ada kerusakan pada ujung Lingga, yang berikutnya itu di lubang Yoni pada sisi utara itu ada kerusakan, kemudian yang parah itu di sisi selatan, bahkan tepinya itu sudah juga ada yang cuil ya,” katanya.
Amin menegaskan bahwa kerusakan tersebut bukan karena faktor alam, melainkan akibat upaya pencongkelan menggunakan benda keras seperti linggis.
Baca juga: Mengenal Prasasti Sangguran, Peninggalan Mataram Kuno yang Dihadiahkan Raffles untuk Lord Minto
Bekas-bekas congkelan sangat terlihat jelas di area Lingga dan Yoni tersebut.
Menurut Amin, temuan Lingga dan Yoni di Dusun Pojok ini tergolong istimewa, bahkan dikatakan yang terbesar di Kabupaten Nganjuk, dengan ukuran Yoni 113 x 111 sentimeter, dan tinggi Lingga kurang lebih 113 sentimeter.
“Lingga Yoni yang ada di Dusun Pojok, Desa Tanjungkalang, ini adalah salah satu lingga terbesar, dan karakternya adalah karakter dari Lingga Yoni Mataram Kuno, Mataram Medang,” ujar Amin.
Pihak Disporabudpar Nganjuk, kata Amin, telah berkoordinasi dengan Kepala Desa Tanjungkalang.
Hasilnya, pihak pemerintah desa berencana melakukan penataan lokasi, sekaligus melakukan pemagaran serta pencungkupan.
“Kemudian karena tinggalan-tinggalan (purbakala) yang berada di Desa Tanjungkalang untuk era klasik itu banyak, terutama yang insitu itu masih sangat luar biasa, kami sarankan (pihak desa) untuk bikin Perdes tentang Cagar Budaya,” tutur Amin.
Langkah selanjutnya, pihak Disporabudpar Nganjuk akan mendampingi pihak desa dalam pengamanan situs, mengingat Lingga-Yoni ini oleh warga setempat tidak boleh dipindahkan dari lokasi aslinya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang