“Ternyata betul, di lokasi sudah ada galian, dan kami amati pada tahun 2017 atau 2018 saya menyaksikan ke sana, itu dulu masih utuh kondisinya, baik itu Lingga maupun Yoni-nya,” beber Amin.
“Nah, saat ini kami melihat sudah ada kerusakan pada ujung Lingga, yang berikutnya itu di lubang Yoni pada sisi utara itu ada kerusakan, kemudian yang parah itu di sisi selatan, bahkan tepinya itu sudah juga ada yang cuil ya,” katanya.
Amin menegaskan bahwa kerusakan tersebut bukan karena faktor alam, melainkan akibat upaya pencongkelan menggunakan benda keras seperti linggis.
Baca juga: Mengenal Prasasti Sangguran, Peninggalan Mataram Kuno yang Dihadiahkan Raffles untuk Lord Minto
Bekas-bekas congkelan sangat terlihat jelas di area Lingga dan Yoni tersebut.
Menurut Amin, temuan Lingga dan Yoni di Dusun Pojok ini tergolong istimewa, bahkan dikatakan yang terbesar di Kabupaten Nganjuk, dengan ukuran Yoni 113 x 111 sentimeter, dan tinggi Lingga kurang lebih 113 sentimeter.
“Lingga Yoni yang ada di Dusun Pojok, Desa Tanjungkalang, ini adalah salah satu lingga terbesar, dan karakternya adalah karakter dari Lingga Yoni Mataram Kuno, Mataram Medang,” ujar Amin.
Pihak Disporabudpar Nganjuk, kata Amin, telah berkoordinasi dengan Kepala Desa Tanjungkalang.
Hasilnya, pihak pemerintah desa berencana melakukan penataan lokasi, sekaligus melakukan pemagaran serta pencungkupan.
“Kemudian karena tinggalan-tinggalan (purbakala) yang berada di Desa Tanjungkalang untuk era klasik itu banyak, terutama yang insitu itu masih sangat luar biasa, kami sarankan (pihak desa) untuk bikin Perdes tentang Cagar Budaya,” tutur Amin.
Langkah selanjutnya, pihak Disporabudpar Nganjuk akan mendampingi pihak desa dalam pengamanan situs, mengingat Lingga-Yoni ini oleh warga setempat tidak boleh dipindahkan dari lokasi aslinya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang