Kegiatan ini merupakan yang pertama kali dilakukan di Ubaya, terinspirasi dari seniman Inggris Ruby Silvi yang dikenal melalui karya seni dari kantong teh.
Hedi Amelia Bella dan tim dosen sempat melakukan uji coba terlebih dahulu sebelum membimbing mahasiswa.
“Saya dan tim dosen sempat mempraktikkan dulu sebagai contoh bagaimana untuk membuat gambar di tea bag ini. Mereka praktik dan sudah terbiasa dengan alat tambahan hairdryer,” kata perempuan berkacamata itu.
Sementara itu, bagi mahasiswa, kegiatan ini menjadi pengalaman yang baru.
Baca juga: Sambil Dagang Es Teh, Pria di Matraman Jual Sabu di Gerobak
Melukis bukan di atas bidang datar dan mulus, tetapi di atas kantong teh yang kecil, bertekstur, dan tak selalu bisa dikendalikan. Namun, justru di situlah letak keunikan sekaligus tantangannya.
“Kalau saya tidak masalah sih, biasa saja. Cuma yang jadi masalah kalau tidak ada kuas yang sesuai ukurannya. Ada enaknya juga karena tidak terlalu butuh detail karena medianya kecil,” ujar Kaylee, salah satu mahasiswi, yang mengaku cukup menikmati prosesnya.
Sedangkan Liora, mahasiswi asal Surabaya, mengaku sempat kesulitan karena tekstur kantong teh yang tidak rata.
“Lebih susah ini karena kan bertekstur. Kalau berlipat gini, bikin garis agak susah. Catnya juga harus menyesuaikan, tidak bisa terlalu banyak air karena nanti rembes,” kata mahasiswi berambut sebahu itu.
“Saya dapat tugas negara China. Ini pertama kali melukis di tea bag, dan tidak pernah kepikiran sebelumnya bungkus teh bisa jadi media lukis,” sambungnya.
Namun, dari semua kesulitan yang dialami, muncul pengalaman baru yang memperluas wawasan baik dosen maupun mahasiswa.
Bahwa seni tidak selalu butuh media mahal, dan bahwa kepedulian terhadap lingkungan bisa diwujudkan lewat cara yang kreatif.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang