Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Seduhan Jadi Sentuhan, Mahasiswa di Surabaya Melukis di Kantong Teh Bekas

Kompas.com, 21 Mei 2025, 09:12 WIB
Suci Rahayu,
Andi Hartik

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com - Siapa sangka, kantong teh celup bekas yang biasanya dibuang begitu saja, bisa berubah menjadi karya seni.

Kini terbukti di tangan mahasiswa Desain Komunikasi Visual (DKV) Universitas Surabaya (Ubaya). Limbah teh disulap menjadi media lukis unik yang tidak hanya memperingati International Tea Day, tetapi juga menyuarakan kepedulian terhadap lingkungan.

Sebanyak 38 mahasiswa menyulap ratusan kantong teh bekas menjadi media lukis.

Selama kurang dari tiga jam, mereka menciptakan karya-karya mungil nan unik di atas media yang tak lazim.

Salah satu Mahasiswa Ubaya sedang melukis menggunakan media kantong teh bekas untuk memperingati hari teh sedunia yang jatuh setiap tanggal 21 Mei.KOMPAS.COM/SUCI RAHAYU Salah satu Mahasiswa Ubaya sedang melukis menggunakan media kantong teh bekas untuk memperingati hari teh sedunia yang jatuh setiap tanggal 21 Mei.

Total 113 kantong teh bekas berukuran 5 x 6 sentimeter berhasil diubah menjadi kanvas mini berwarna-warni yang menggambarkan kekayaan budaya dari empat negara penghasil teh: Indonesia, Inggris, India, dan China.

“Ya, mahasiswa DKV Ubaya memperingati International Tea Day dengan membuat lukisan untuk dipajang. Dengan mengangkat tema keberlanjutan lingkungan, yaitu menggunakan kantong teh yang sudah diseduh. Ampasnya kita keluarkan untuk jadi pupuk, sementara tempatnya kita jadikan media lukis,” tutur Kepala Program Studi DKV Ubaya, Hedi Amelia Bella Cintya, kepada jurnalis termasuk Kompas.com, Rabu (21/5/2025) pagi.

Baca juga: Jangan Asal Minum Teh Hijau, Kenali Waktu Terbaik agar Tidak Berisiko

Setiap mahasiswa melukis di atas 3–4 kantong teh bekas menggunakan cat akrilik atau cat air dengan teknik white draw paint.

Ini menjadi tantangan tersendiri dengan media yang tipis dan rentan tembus jika terlalu basah.

Untuk itu, setiap mahasiswa dituntut untuk pintar mengatur komposisi cat dan air, serta memilih kuas dengan ukuran yang pas.

Kantong teh bekas ini dikumpulkan dari area kampus. Namun, tidak semua bisa digunakan.

Dosen dan mahasiswa harus menyeleksi satu per satu, memilah yang masih utuh dan layak pakai.

“Untuk tea bag yang disediakan kampus, dari ampas yang ada di kampus sendiri lalu kita sortir karena sebagian besar sudah sobek,” imbuhnya.

Hasil karya Mahasiswa Universitas Surabaya yang melukis menggunakan media kantong teh bekas untuk memperingati hari teh sedunia yang jatuh setiap tanggal 21 Mei.KOMPAS.COM/SUCI RAHAYU Hasil karya Mahasiswa Universitas Surabaya yang melukis menggunakan media kantong teh bekas untuk memperingati hari teh sedunia yang jatuh setiap tanggal 21 Mei.

Kegiatan ini merupakan yang pertama kali dilakukan di Ubaya, terinspirasi dari seniman Inggris Ruby Silvi yang dikenal melalui karya seni dari kantong teh.

Hedi Amelia Bella dan tim dosen sempat melakukan uji coba terlebih dahulu sebelum membimbing mahasiswa.

“Saya dan tim dosen sempat mempraktikkan dulu sebagai contoh bagaimana untuk membuat gambar di tea bag ini. Mereka praktik dan sudah terbiasa dengan alat tambahan hairdryer,” kata perempuan berkacamata itu.

Sementara itu, bagi mahasiswa, kegiatan ini menjadi pengalaman yang baru.

Baca juga: Sambil Dagang Es Teh, Pria di Matraman Jual Sabu di Gerobak

Melukis bukan di atas bidang datar dan mulus, tetapi di atas kantong teh yang kecil, bertekstur, dan tak selalu bisa dikendalikan. Namun, justru di situlah letak keunikan sekaligus tantangannya.

“Kalau saya tidak masalah sih, biasa saja. Cuma yang jadi masalah kalau tidak ada kuas yang sesuai ukurannya. Ada enaknya juga karena tidak terlalu butuh detail karena medianya kecil,” ujar Kaylee, salah satu mahasiswi, yang mengaku cukup menikmati prosesnya.

Sedangkan Liora, mahasiswi asal Surabaya, mengaku sempat kesulitan karena tekstur kantong teh yang tidak rata.

“Lebih susah ini karena kan bertekstur. Kalau berlipat gini, bikin garis agak susah. Catnya juga harus menyesuaikan, tidak bisa terlalu banyak air karena nanti rembes,” kata mahasiswi berambut sebahu itu.

“Saya dapat tugas negara China. Ini pertama kali melukis di tea bag, dan tidak pernah kepikiran sebelumnya bungkus teh bisa jadi media lukis,” sambungnya.

Namun, dari semua kesulitan yang dialami, muncul pengalaman baru yang memperluas wawasan baik dosen maupun mahasiswa.

Bahwa seni tidak selalu butuh media mahal, dan bahwa kepedulian terhadap lingkungan bisa diwujudkan lewat cara yang kreatif.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau