LUMAJANG, KOMPAS.com - Para penambang pasir di aliran Sungai Regoyo, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, melakukan gotong royong untuk melakukan normalisasi sungai.
Kegiatan ini bertujuan mengalihkan arus sungai yang saat ini mengarah ke tanggul, kembali ke jalur aslinya di tengah sungai.
Kondisi tanggul yang melindungi warga di Dusun Kebondeli Selatan sangat memprihatinkan.
Dari total panjang tanggul 2 kilometer, sekitar 500 meter di antaranya telah terkikis, menyisakan ketebalan hanya sekitar 50 sentimeter.
Baca juga: Saat Warga Belanja di Tengah Sungai karena Dusunnya Terisolasi akibat Banjir Lahar Semeru
Situasi ini semakin mendesak mengingat kawasan Gunung Semeru sering diguyur hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi, yang berisiko menyebabkan banjir lahar.
Jika normalisasi tidak segera dilakukan, tanggul berpotensi jebol dan dapat mengakibatkan luapan banjir yang menghantam pemukiman warga.
Pantauan Kompas.com pada Rabu (14/5/2025), sebanyak delapan alat berat pemilik izin tambang terlihat beroperasi untuk melakukan normalisasi sungai.
Satuhan (75), seorang pengusaha tambang, mengungkapkan bahwa delapan alat beratnya dikerahkan untuk membantu proses normalisasi jalur aliran lahar Sungai Regoyo.
"Hari ini kami kerahkan 7 alat berat dan 1 loader untuk mengalihkan aliran agar tidak mengarah ke tanggul yang hampir jebol itu,” ujar Satuhan saat ditemui di lokasi.
Satuhan juga menceritakan pengalaman pahitnya saat kehilangan anggota keluarga akibat erupsi Gunung Semeru pada tahun 2021.
Baca juga: 256 Jiwa Terancam Banjir Lahar Semeru akibat Tanggul Rusak, Ini Langkah Pemkab Lumajang
Sejak saat itu, ia bertekad memastikan warga di sekitar aliran Sungai Regoyo tidak merasakan kepedihan yang sama.
Oleh karena itu, meskipun tidak dibayar, ia secara sukarela melakukan normalisasi arus sungai.
"Bencana ini bukan yang pertama. Saya tahu betul bagaimana rasanya kehilangan, jadi saya niatkan ini ibadah," ungkap Satuhan lirih.
Kegiatan normalisasi ini diharapkan dapat mencegah terjadinya bencana yang lebih besar dan melindungi keselamatan warga setempat.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang