Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bukan Bobotnya, Ini Alasan Sapi PO Dipilih Presiden Prabowo

Kompas.com, 13 Mei 2025, 16:08 WIB
M Agus Fauzul Hakim,
Icha Rastika

Tim Redaksi

KEDIRI, KOMPAS.com - Presiden Prabowo Subianto membeli seekor sapi di Kabupaten Kediri, Jawa Timur, untuk keperluan sapi kurban pada Idul Adha 2025 nanti.

Utusan presiden membeli sapi jenis peranakan ongole (PO) dari Peternakan Sapi Irfa’i Berkah Sejahtera Farm (IBS Farm) di Desa Pranggang, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.

Manajer IBS Farm, Kukuh, mengatakan bahwa mulanya pihaknya menyediakan dua ekor sapi yang akan diseleksi oleh tim utusan presiden, yaitu sapi jenis limousin yang mempunyai bobot mencapai 1,1 ton serta sapi PO berbobot 893 kilogram.

Baca juga: Sapi Kurban Prabowo dari Kediri Beratnya Hampir 1 Ton, Sudah Dicek Ketat, Termasuk Kotorannya

Bukannya memilih sapi limousin yang mempunyai bobot lebih besar, yang tentunya dagingnya lebih banyak, tim tersebut memilih sapi jenis PO.

“Akhirnya pilihannya jatuh pada PO,” ujar Kukuh saat dihubungi Kompas.com, Selasa (13/5/2025).

Kukuh menduga, ada alasan yang lebih besar yang mendasari pemilihan sapi PO tersebut.

Apalagi, sapi tersebut merupakan ras unggulan lokal. “Sapi PO ini kan sapi ras unggulan lokal,” ujar Kukuh.

Sapi jenis PO ini, menurut Kukuh, mempunyai sejumlah ciri dan keunggulan, yakni kelir putih dengan tonjolan di punggung atau punuk serta cenderung mempunyai daya tahan yang tinggi dibanding sapi pedaging lainnya.

Sering kali, sapi jenis ini kerap dipakai untuk keperluan kontes, sapi pekerja, maupun penyedia daging.

Namun demikian, secara populasi, jumlah sapi ini cukup terbatas.

Baca juga: Menengok Sapi Idul Adha Presiden Prabowo, Peranakan Ongole Seharga Rp 95 Juta

Tidak banyak peternak yang mengembangkannya.

Bahkan, untuk wilayah Kediri, kata Kukuh, populasi sapi jenis PO ini hanya sekitar 20 persen saja.

Para peternak lebih memilih mengembangkan sapi pedaging jenis lainnya, termasuk limousin.

Sebab, kekurangan utama dari jenis sapi ini adalah tumbuh kembangnya yang lamban, yang membuat peternak berpikir dua kali untuk mengembangkannya.

Kukuh menggambarkan bahwa pemeliharaan sapi pedaging non-PO dalam rentang waktu setahun sudah bisa dinikmati hasilnya.

Namun, untuk jenis PO, membutuhkan waktu sampai 2 tahun.

Padahal, dengan pertambahan waktu itu, otomatis akan mempengaruhi biaya produksi maupun waktu.

Penjualannya juga tidak semasif sapi pedaging lainnya. “Kalau peternak berpikirnya, kan, cari sapi yang tumbuhnya cepat,” ujar Kukuh.

Baca juga: Kualitas Daging Sapi Madura yang Jadi Buruan Tiap Idul Adha, Rendah Lemak dan Berserat Halus

Oleh sebab itu, Kukuh menduga pemilihan sapi PO itu selain bagian dari pembelaan atas ras lokal juga untuk merangsang para peternak agar mengembangbiakkan dan penggalian potensinya.

“Pemilihan sapi PO mungkin agar peternak mau breeding sapi itu dan melestarikannya,” kata Kukuh.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Kediri, Tutik Purwaningsih, mengatakan bahwa pemilihan sapi PO tersebut karena jumlah populasinya yang terus berkurang, padahal daya tahannya dari penyakit cukup tinggi.

“Tentunya ini menjadi penyemangat bagi sentra usaha peternakan sapi di Kediri,” ujar Tutik Purwaningsih, Selasa.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau