Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selamat Jalan Mbok Yem, Sang Legenda Gunung Lawu, dan Pahlawan bagi Para Pendaki

Kompas.com, 23 April 2025, 16:35 WIB
Icha Rastika

Editor

KOMPAS.com - Mbok Yem, perempuan bernama lengkap Wakiyem yang dijuluki sebagai "Legenda Gunung Lawu," meninggal dunia pada Rabu (23/4/2025).

Pemilik warung legendaris di puncak Lawu itu turun gunung pada Maret lalu karena sakit.

Ia sempat dirawat di RSU Aisyiyah Ponorogo.

Nama Mbok Yem mungkin sudah tidak asing bagi pendaki Gunung Lawu.

Saat ia sakit pun, sejumlah pendaki mendatangi rumah sakit untuk menjenguknya.

Mereka mendoakan kesembuhan Mbok Yem.

Baca juga: Legenda Gunung Lawu Mbok Yem Meninggal Dunia

Mengenal Mbok Yem

Mbok Yem mengelola warungnya sejak 1980-an.

Warung tersebut berada di ketinggian 3.150 mdpl atau hanya berselisih 115 mdpl dari puncak Gunung Lawu.

Mbok Yem mengaku tidak sendirian ketika berjualan. Ia dibantu kerabatnya.

Untuk stok barang ke warungnya, ia dibantu orang yang mengantarkan barang-barang tersebut tiga kali dalam seminggu.

Saat sakit Maret lalu pun, warung Mbok Yem tetap buka.

Baca juga: Mbok Yem Dirawat di Rumah Sakit, Warungnya di Puncak Lawu Tetap Buka

Di warung itu, Mbok Yem tinggal. Biasanya, ia turun gunung sewaktu Lebaran.

Menurut Mbok Yem, momen 17 Agustus dan bulan Suro menjadi waktu Gunung Lawu dipadati pendaki.

Saat itulah warungnya kebanjiran pembeli.

Momen Mbok Yem ditandu

Di usianya yang telah lanjut, Mbok Yem harus menggunakan alat bantu untuk naik dan turun gunung. Biasanya, dia menggunakan tandu.

Video detik-detik Mbok Yem ditandu sempat viral di media sosial. Mbok Yem selalu turun gunung untuk merayakan Lebaran bersama keluarga besarnya di Desa Gonggang, Kecamatan Poncol, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. 

Namun tahun ini, Mbok Yem turun gunung lebih awal karena sakit sehingga harus dirawat. Ia menderita pneumonia dan sempat sesak napas. 

Warung Mbok Yem di Puncak Gunung Lawu, Magetan, Jawa Timur. Warung ini berada di Hargo Dalem dengan ketinggian 3.150 mdpl. Meski saat ini Mbok Yem tengah dirawat karena ssakit, namun warungnya masih tetap buka untuk melayani pendaki.KOMPAS.COM/PUTRA PRIMA PERDANA Warung Mbok Yem di Puncak Gunung Lawu, Magetan, Jawa Timur. Warung ini berada di Hargo Dalem dengan ketinggian 3.150 mdpl. Meski saat ini Mbok Yem tengah dirawat karena ssakit, namun warungnya masih tetap buka untuk melayani pendaki.

Senang menolong pendaki

Bagi Mbok Yem, alasan terpentingnya masih berjualan di Gunung Lawu adalah untuk menolong sesama.

"Saya senang bisa menolong orang yang membutuhkan di sana. Mereka tidak perlu repot dan khawatir soal makan dan minum saat berada di Puncak Lawu,” katanya pada 2022. 

Walau sempat diminta anak dan cucunya untuk beristirahat di rumah, ia mengaku bakal tetap berjualan di Gunung Lawu.

Sebab, selain dapat membantu pendaki, Mbok Yem mengaku bisa menemukan kedamaian di Gunung Lawu.

“Pokoknya di sana itu ingatan kita hanya kepada Yang Maha Kuasa saja. Saya tidak mikir yang lain,” tuturnya.

Selama menjaga warung, Mbok Yem mengaku kerap memaksakan diri meski sedang sakit. Ia tetap membuatkan telur goreng bagi pendaki yang sampai di puncak malam hari.

Bahkan, pukul 02.00 malam pun Mbok Yem tetap menyiapkan makanan jika ada yang singgah di warungnya.

“Kemarin itu sakit gigi, enggak bisa tidur. Kadang sampai jam 12 malam enggak tidur. Jam 2 malam itu masih goreng telur karena ada pendaki yang lapar. Kalau capek baru tertidur," ucap Mbok Yem, Maret 2025.

Tak pikir untung-rugi 

Anak kedua Mbok Yem, Saelan, mengaku tidak bisa berbuat apa-apa jika Mbok Yem tetap nekat berjualan meski usianya sudah memasuki 82 tahun.

“Dilarang pun tidak bisa karena kalau di rumah yang dipikir bagaimana orang-orang yang naik gunung bisa makan,” ucapnya.

Baca juga: Upaya Pengobatan Mbok Yem, Tangani Sesak Napas dan Tensinya yang Rendah

Saelan mengaku bahwa jiwa orangtuanya itu sudah tidak memikirkan untung atau rugi berjualan di Puncak Gunung Lawu. Untuk membawa beban sembako seberat 35 kilo menuju puncak, biayanya bisa mencapai Rp 500.000.

“Kami memahami bagaimana Simbok lebih mementingkan bisa jualan di atas daripada memikirkan untungnya,” ujar Saelan.

Meski tampak sederhana, tetapi warung Mbok Yem menyimpan kenangan bagi orang-orang yang pernah mendaki Gunung Lawu.

Salah satu menu yang dirindukan adalah nasi pecel.

Tak jarang juga pendaki menginap di warung Mbok Yem. Kini, Mbok Yem telah pergi.

Semoga kenangan mengenai Mbok Yem tetap melekat di hati para pendaki.

Selamat jalan, Mbok Yem...

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau