BANYUWANGI, KOMPAS.com - Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, dipimpin seorang bupati perempuan bernama Ipuk Fiestiandani.
Dia adalah satu dari 43 kepala daerah dari total 481 kepala daerah terpilih se-Indonesia pada Pilkada 2024.
Sosoknya anggun, senyumnya teduh, memakai hijab dan berkacamata.
Namun dia adalah sosok yang tegas, dalam beberapa kesempatan, senyumnya berganti dengan tatapan mata tajam saat fokus mengurai hal-hal yang bersangkutan dengan daerah yang dipimpinnya.
Senyum itu akan kembali muncul saat ia menyapa warganya, terutama kala wanita kelahiran 10 September 1974 itu bertemu dengan ibu-ibu dan anak-anak, seperti saat menjalani program yang ia canangkan, Bunga Desa atau Bupati Ngantor di Desa.
Baca juga: Bupati Ipuk Ungkap Kesulitan dalam Pulangkan Jenazah Korban TPPO di Kamboja
Matanya berbinar, dia akan telaten berkomunikasi dengan berbagai kelompok usia. Terlebih saat membahas hal-hal yang mendorong pemberdayaan perempuan-perempuan di wilayah ujung timur Pulau Jawa itu.
Dalam momen Hari Kartini, Ipuk menegaskan komitmennya terus mendorong program pemberdayaan perempuan di daerah yang dipimpinnya.
Diceritakan wanita kelahiran 10 September 1974 itu, ia merealisasikan komitmennya dengan memberdayakan perempuan di berbagai sektor, mulai dari ekonomi, pendidikan, kesehatan, hingga pelestarian seni dan budaya lokal.
“Memperingati Hari Kartini sejatinya adalah memperkuat emansipasi. Memperkuat emansipasi adalah dengan meningkatkan pemberdayaan kaum perempuan,” katanya.
Untuk meningkatkan pemberdayaan pada kaum perempuan tersebut, Ipuk berkomitmen kuat menghadirkan kesempatan dan kebijakan yang mewujudkan kesetaraan.
Menurut Ipuk, perempuan memiliki peran strategis dalam pembangunan dan pemerintah daerah berkomitmen memberikan dukungan penuh agar perempuan dapat lebih berdaya.
“Pembangunan berbasis gender hingga pelibatan perempuan dalam penyusunan kebijakan adalah bentuk ikhtiar yang dilakukan,” ujar Ipuk.
Baca juga: Terima Dokumen Kependudukan dari Bupati Ipuk, Wanita Sebatang Kara Menangis
Banyuwangi disebutnya memberikan dukungan bagi perempuan di berbagai sektor mulai dari ekonomi, kesehatan, pendidikan, hingga pelestarian seni dan budaya lokal.
Bahkan perempuan dilibatkan sejak awal dalam merancang program pembangunan daerah.
Setiap tahun, Banyuwangi menggelar dialog, salah satunya “Rembuk Perempuan dan Anak” saat mengawali program perencanaan pembangunan daerah.