Sedangkan Stefani Suryaningati, pemilik bisnis kue pie susu berkarakter asal Surabaya itu, juga merasakan dampak dari efisiensi pemerintah.
Ini membuat ia harus menyiasati kondisi ini dengan menyesuaikan ukuran dan varian produknya agar tetap terjangkau bagi pelanggan tanpa menaikkan harga secara drastis.
"Biasanya saya menjual kue dengan harga mulai dari Rp100.000 ke atas. Tapi tahun ini saya membuat ukuran yang lebih kecil, seperti spiku dan pie susu, agar lebih terjangkau," kata perempuan yang biasa disapa Stefani Kwee.
Baca juga: Hampers Lebaran Anti-Mainstream, Soes dan Brownies di Tengah Efisiensi
Meskipun harus beradaptasi, ia tetap menjaga kualitas produknya. Baginya, mempertahankan rasa yang sudah dikenal pelanggan lebih penting daripada sekadar menekan biaya produksi.
Apalagi, lonjakan harga bahan baku terjadi hampir di semua komponen produksi.
"Saya tetap pakai bahan berkualitas, misalnya keju Kraft. Tidak ada bahan yang diganti meski harga naik. Lebih baik untungnya berkurang daripada kualitas menurun," imbuhnya.
Ia percaya bahwa inovasi adalah kunci untuk bertahan dalam industri kuliner yang kompetitif. Sejak 2010, ia terus mencari ide unik agar produknya tetap menarik di pasaran.
Tahun ini, ia menghadirkan inovasi menarik dengan menciptakan pie susu karakter, memberikan sentuhan berbeda yang tidak biasa pada hampers.
Tidak hanya menawarkan rasa manis dengan tekstur lembut, tetapi juga dihiasi dengan fondant berwarna-warni yang membentuk berbagai karakter khas Lebaran.
“Ramadhan tahun ini saya bikin beda, pie susu yang tebal seperti egg tart, dan saya tambahkan karakter warna-warni,” ujar Stefani Suryaningati.
Permintaan besar dari instansi tetap ada
Namun berbeda dengan usaha hampers lapis legit yang dijalankan Jenne Greensabeth. Ia masih memiliki pasar stabil, terutama dari instansi yang rutin memesan dalam jumlah besar.
"Meskipun ada efisiensi, tetap banyak orang yang memiliki tradisi berbagi hampers. Segmen pelanggan saya sedikit berbeda, meski memang ada satu instansi yang tahun ini pesanannya berkurang karena sedang disorot," ujar pemilik Layerspeech Surabaya.
Biasanya, instansi langganannya bisa memesan hingga 400 paket hampers dalam satu waktu, yang membutuhkan waktu produksi hingga tiga hari penuh.
Baca juga: 3 Makanan yang Sebaiknya Tak Dijadikan Hampers Lebaran
"Untungnya, beberapa instansi sudah menjadi pelanggan tetap, jadi permintaan masih ada," pungkas Jenne Greensabeth.
Kini dengan berbagai strategi inovasi dan adaptasi, para pelaku usaha tetap optimis menjelang Lebaran 2025 ini.
Efisiensi pemerintah mungkin membawa tantangan, tetapi juga membuka peluangnya untuk mampu menyesuaikan diri dengan dinamika pasar.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang