"Tepat pada malam pengumuman pemenang kompetisi menulis cerpen nasional yang saya ikuti, dan ternyata si dia (Gilang) juga mengikuti kompetisi itu," kata R, ketika dikonfirmasi, Rabu (12/3/2025).
Kemudian, Gilang mulai mengirim pesan secara terus-menerus melalui media sosial Instagram. Dia meminta nomor WhatsApp korban dengan cara memaksa serta intimidatif.
Korban pun memutuskan untuk mengirimkan nomor WhatsApp-nya dengan alasan menambah teman. Akan tetapi, dia menjadi curiga setelah ada pesan dari terpidana kasus pelecehan seksual itu.
“Saya yakin itu Gilang setelah pertanyaan pertama, yakni terkait ‘pernahkah praktik pembungkusan jenazah’. Saya rasa keanehan yang familiar karena saya juga tahu kasusnya di 2020/2021 silam,” ujarnya.
Lalu, pria itu mengirimkan sejumlah foto seseorang yang tengah terbungkus kain jarik. Hal itu membuat korban ketakutan dan memutuskan memblokirnya.
“Saya terakhir dihubungi, (Senin) tanggal 10 Maret 2025 siang, ketika contoh foto korban dikirimnya ke saya," ucapnya.
"Ngelihat foto itu saya enggak balas lagi chat-nya dan saya block sosmed dan nomornya. Ternyata setelah itu dia pakai nomor yang kedua untuk ngehubungi saya. saya block lagi,” tambahnya.
Akan tetapi, R menyebutkan, Gilang terus mengganggunya dengan mengirim pesan ke organisasi, teman, dan orangtuanya. Akhirnya, dia pun menjelaskan terkait peristiwa yang dialaminya itu.
“Meskipun saya penuh harap pihak berwenang segera melakukan tindakan mereka terkait kasus ini. Hanya saya enggak mau dibawa untuk terjun langsung ke dalamnya karena sistemnya pasti akan ruwet,” tutupnya.
Kasi Humas Polrestabes Surabaya AKP Rina Shanty Dewi Nainggolan belum merespons saat ditanya soal dugaan Gilang Bungkus kembali berulah.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang