"Kalau yang low itu kita ada Multazam Mesir dan Alas. Middle ada Tunisia, dan yang up ini kita ada Medjool Waton," ujarnya.
Menurut Said, perbedaan terletak pada rasa dan kualitas, termasuk tekstur.
"Kurma Ajwa dikenal sebagai sunah Nabi, Sukari dijuluki rajanya kurma, sedangkan kurma Mesir lebih umum dikonsumsi," tambahnya.
Permintaan kurma mulai meningkat sejak H-7 Ramadhan dan terus bertahan hingga H+14.
"Setelah itu agak menurun, tapi tidak menurun banget. Ya lumayan, satu bulan tetap ramai," kata Said.
Baca juga: Peluang Budidaya Kurma di Indonesia: Teknologi dan Kisah Sukses
Ia juga menjelaskan bahwa untuk jenis low, kurma Mesir paling laku, sementara untuk jenis middle, Tunisia dengan tangkai paling banyak dicari.
Sedangkan untuk jenis up, Medjool Waton menjadi favorit.
Harga kurma bervariasi tergantung jenisnya.
Misalnya, kurma Mesir 10 kg dihargai Rp 200.000, sementara Medjool 5 kg bisa mencapai Rp 1.400.000.
Meskipun harganya lebih tinggi, Medjool tetap menjadi incaran para pecinta kurma sejati.
Lawang Agung tidak hanya menjual kurma dalam jumlah besar, tetapi juga menyediakan kurma dalam berbagai kemasan.
Bagi yang ingin membeli dalam jumlah kecil, tersedia paket mulai dari 250 gram.
"Rata-rata kalau yang beli dus bisa sampai 100 dus per orang. Ada juga yang 2-3 dus, tapi kebanyakan di atas 10-50 dus. Paket kecil bervariasi, kalau Mesir mulai dari Rp 20.000," tambah Said.
Kini, selain menjadi pusat penjualan kurma terbesar di Surabaya, Lawang Agung juga menyediakan berbagai oleh-oleh haji dan umrah.
Toko yang telah beroperasi sejak tahun 1960-an ini telah berkembang menjadi lima cabang di berbagai kota, termasuk Gayungsari, Gresik, Malang, dan Sidoarjo.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang