SURABAYA, KOMPAS.com - Bulan Ramadhan tidak hanya menjadi waktu untuk menahan lapar dan dahaga, tetapi juga untuk berbagi dan menjaga tradisi.
Salah satu tradisi yang tetap bertahan adalah menikmati kurma saat berbuka puasa.
Buah yang disebut dalam sunah Nabi ini bukan sekadar takjil, melainkan juga simbol keberkahan.
Kurma menjadi pilihan utama bagi banyak orang karena manfaatnya yang luar biasa.
Selain memberikan energi cepat setelah seharian berpuasa, kurma juga membantu menjaga keseimbangan gula darah, melancarkan pencernaan, dan menjaga hidrasi tubuh.
Lonjakan permintaan kurma selama bulan suci ini membawa berkah bagi para pedagang dan kebahagiaan bagi pembelinya.
Suasana ramai terlihat di pusat penjualan kurma Lawang Agung yang terletak di Gayung Sari, Surabaya.
Tempat ini merupakan salah satu cabang dari kawasan Sunan Ampel.
Para pembeli datang berbondong-bondong, mulai dari yang membeli untuk kebutuhan pribadi hingga mereka yang ingin berbagi dengan sesama.
Bagi para pedagang, Ramadhan adalah masa tersibuk sepanjang tahun.
Setiap hari mereka melayani pelanggan dari berbagai daerah akibat lonjakan permintaan kurma.
"Ya, kami mengalami kenaikan cukup drastis, bisa sampai 3-4 kali lipat dibandingkan hari biasanya. Kebutuhan masyarakat akan kurma sangat meningkat di bulan Ramadhan ini," ujar Said Riyadi, Head of Marketing Lawang Agung.
Said juga menambahkan, "Pesanan kurma ada ke Papua, pengiriman hampir rata, mulai dari Aceh, Sumatera, Kalimantan itu hampir imbang."
Kurma yang dijual di Lawang Agung dikategorikan menjadi tiga jenis:
low, middle, dan up, masing-masing dengan keunikan tersendiri.
"Kalau yang low itu kita ada Multazam Mesir dan Alas. Middle ada Tunisia, dan yang up ini kita ada Medjool Waton," ujarnya.
Menurut Said, perbedaan terletak pada rasa dan kualitas, termasuk tekstur.
"Kurma Ajwa dikenal sebagai sunah Nabi, Sukari dijuluki rajanya kurma, sedangkan kurma Mesir lebih umum dikonsumsi," tambahnya.
Permintaan kurma mulai meningkat sejak H-7 Ramadhan dan terus bertahan hingga H+14.
"Setelah itu agak menurun, tapi tidak menurun banget. Ya lumayan, satu bulan tetap ramai," kata Said.
Ia juga menjelaskan bahwa untuk jenis low, kurma Mesir paling laku, sementara untuk jenis middle, Tunisia dengan tangkai paling banyak dicari.
Sedangkan untuk jenis up, Medjool Waton menjadi favorit.
Harga kurma bervariasi tergantung jenisnya.
Misalnya, kurma Mesir 10 kg dihargai Rp 200.000, sementara Medjool 5 kg bisa mencapai Rp 1.400.000.
Meskipun harganya lebih tinggi, Medjool tetap menjadi incaran para pecinta kurma sejati.
Lawang Agung tidak hanya menjual kurma dalam jumlah besar, tetapi juga menyediakan kurma dalam berbagai kemasan.
Bagi yang ingin membeli dalam jumlah kecil, tersedia paket mulai dari 250 gram.
"Rata-rata kalau yang beli dus bisa sampai 100 dus per orang. Ada juga yang 2-3 dus, tapi kebanyakan di atas 10-50 dus. Paket kecil bervariasi, kalau Mesir mulai dari Rp 20.000," tambah Said.
Kini, selain menjadi pusat penjualan kurma terbesar di Surabaya, Lawang Agung juga menyediakan berbagai oleh-oleh haji dan umrah.
Toko yang telah beroperasi sejak tahun 1960-an ini telah berkembang menjadi lima cabang di berbagai kota, termasuk Gayungsari, Gresik, Malang, dan Sidoarjo.
https://surabaya.kompas.com/read/2025/03/07/104746878/kurma-simbol-berkah-ramadhan-yang-tak-lekang-oleh-waktu