Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Usai DBD, Chikungunya Mulai Mewabah di Madiun

Kompas.com, 27 Februari 2025, 06:57 WIB
Muhlis Al Alawi,
Andi Hartik

Tim Redaksi

MADIUN, KOMPAS.com - Setelah kasus demam berdarah mereda, giliran chikungunya mewabah di Kabupaten Madiun, Jawa Timur.

Hingga Rabu (26/2/2025), dilaporkan sudah 17 warga Kabupaten Madiun yang menderita sakit chikungunya.

Kabid Pencegahan dan Penanganan Penyakit Dinkes Kabupaten Madiun, Selly Fitriani, yang dikonfirmasi Rabu (26/2/2025), menyatakan hingga saat ini tercatat 17 warga suspek penyakit chikungunya.

Baca juga: Atasi Chikungunya, Dinkes Kota Kediri Lakukan Fogging Sekolah

Bahkan, kejadian itu menimpa satu dusun di Dusun Sedoro, Desa Kaibon, Kecamatan Geger, Kabupaten Madiun.

“Ada 17 kasus suspek chikungunya di satu dusun. Namun, belum dipastikan positif karena belum sempat dilakukan tes laboratorium. Dan pasiennya sudah sembuh,” kata Selly.

Baca juga: Puluhan Warga Tasikmalaya Terserang Penyakit Misterius, Gejala Mirip Chikungunya tetapi Dites Negatif

Kendati baru sebatas suspek, kata Selly, Dinkes Kabupaten Madiun langsung bergerak melakukan pengendalian dan penanganan atas laporan tersebut. Tindakannya berupa pemberantasan sarang nyamuk dan penyelidikan epidemiologi.

"Setelah mendapat laporan, kami langsung menggelar penyelidikan epidemiologi dan pemberantasan sarang nyamuk untuk membunuh jentik-jentik. Selain itu, kami melakukan pengasapan untuk membunuh nyamuk dewasa,” tutur Selly.

Selly menyebut, kasus chikungunya awal tahun ini cukup tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.

Pasalnya, sepanjang tahun 2024, jumlah warga terkonfirmasi chikungunya sebanyak 34 kasus.

Terhadap kejadian itu, Selly mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan menjaga kebersihan lingkungan yang menjadi sumber sarang nyamuk di musim penghujan.

Tak hanya itu, bila mengalami gejala terserang chikungunya, untuk segera berobat ke faskes terdekat.

“Bila merasakan gejala chikungunya seperti demam tinggi, tulang dan bagian tubuh terasa nyeri otot serta muncul ruam-ruam merah pada tangan dan wajah atau tubuh, maka segera periksa ke faskes terdekat,” pinta Selly.

Diberitakan sebelumnya, cuaca ekstrem yang terjadi sejak awal tahun 2025 berdampak pada meningkatnya pasien demam berdarah dengue (DBD) yang dirawat di RSUD Caruban, Kabupaten Madiun, Jawa Timur.

Hingga pertengahan bulan Januari 2025, jumlah pasien DBD yang dirawat di rumah sakit milik Pemkab Madiun itu sudah mencapai 46 orang.

Kasi Pelayanan Medik RSUD Caruban dr. Didik Indrawanto, yang dikonfirmasi Rabu (15/1/2025), menyatakan bahwa jumlah warga yang dirawat akibat terjangkit penyakit DBD cukup tinggi di awal tahun 2025.

“Di awal tahun 2025, jumlah pasien yang dirawat akibat DBD sudah mencapai 46 orang. Jumlah ini hampir setengahnya dibandingkan dengan kasus DBD yang dirawat RSUD Caruban pada tahun 2024. Selama tahun 2024, kami merawat sekitar 99 orang,” kata Didik.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Wisatawan Lansia Dipungli 'Uang Pengawalan' Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Wisatawan Lansia Dipungli "Uang Pengawalan" Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Surabaya
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
Surabaya
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Surabaya
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Surabaya
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Surabaya
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Surabaya
Pelaku Pungli 'Uang Pengawalan' Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Pelaku Pungli "Uang Pengawalan" Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Surabaya
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Surabaya
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Surabaya
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar 'Uang Pengawalan', Penyandera Ditangkap
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar "Uang Pengawalan", Penyandera Ditangkap
Surabaya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau