Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bakso Solo Kidul Pasar, Menjaga Warisan Kakek dengan Sentuhan Modern

Kompas.com, 25 Februari 2025, 07:27 WIB
Suci Rahayu,
Andi Hartik

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.com - Kota Malang dikenal sebagai surganya kuliner bakso.

Salah satu yang legendaris adalah Bakso Solo Kidul Pasar, yang berdiri sejak tahun 1965.

Warung bakso ini menawarkan cita rasa khas dengan kuah yang lebih keruh karena kaya rempah serta pilihan isi yang tidak sebanyak bakso Malang pada umumnya.

Nama Bakso Solo Kidul Pasar berasal dari kisah pendirinya, almarhum Suparno, yang berasal dari Solo.

Baca juga: Buronan Korupsi Jualan Bakso, Ditangkap Saat Dagang Keliling di Tapanuli Utara

Awalnya, ia berjualan di Jember selama 5 tahun sebelum akhirnya gulung tikar.

Tidak menyerah, ia kembali merintis usaha bakso di Malang.

Nama "Kidul Pasar" diambil dari lokasi awal berjualan yang berada di selatan Pasar Besar Malang.

Baca juga: Penjual Bakso yang Terseret Banjir Ditemukan Tewas di Pantai Sine, 7 Km dari Lokasi Kejadian

"Dulu kakek mulai berjualan pakai gerobak pertama kali di pinggir jalan," cerita Seto Sindu Mardi, generasi ketiga dari almarhum Suparno, kepada Kompas.com.

Seiring berjalannya waktu, usaha ini berkembang pesat. Pada tahun 1990, tempat berjualannya pindah ke bentuk warung di daerah Comboran, yang kini menjadi pusat usahanya di Jalan Sartono SH.

Pengunjung beserta keluarganya sedang menikmati Bakso Solo Kidul Pasar.KOMPAS.com/SUCI RAHAYU Pengunjung beserta keluarganya sedang menikmati Bakso Solo Kidul Pasar.

Cabang lainnya kemudian dibuka di daerah Jagalan di Jalan Halmahera (1996), Blimbing (1997), dan yang terbaru di Karangploso (2015) yang dikelola pamannya.

Kini, di usia yang masih muda, ia mulai diberi tanggung jawab untuk meneruskan warisan keluarga.

Meski masih dalam tahap belajar, ia telah terlibat sekitar 30 persen dalam pengelolaan warung, terutama di bidang marketing dan event.

Sementara itu, untuk operasional masih dipegang oleh papanya, Mardi Pawirosemito.

"Saya masih belum matang untuk mengelola langsung. Tapi karena anak pertama, tanggung jawab ini memang diarahkan dari kakek, papa, dan sekarang diturunkan ke saya," ujar pria berusia 25 tahun itu.

Warisan ilmu

Seto Sindu Mardi menyadari bahwa usaha ini bukan sekadar bisnis, melainkan warisan ilmu yang harus dijaga.

Bakso Solo Kidul Pasar ciri khasnya kuah keruh dengan isian pentol alus, kasar dan goreng.KOMPAS.com/SUCI RAHAYU Bakso Solo Kidul Pasar ciri khasnya kuah keruh dengan isian pentol alus, kasar dan goreng.

Berbeda dengan saudara-saudaranya yang memilih karier sebagai dokter atau pegawai, ia justru tertarik untuk meneruskan bisnis keluarga.

"Dulu kakek yang babat alas, masak cucunya sendiri tidak ada yang mau meneruskan? Saya pribadi belum ada kepikiran untuk kerja di bidang lain. Pendirian saya tetap fokus ke dagang ini," imbuhnya.

Sejak kecil, ia sudah terbiasa membantu orangtuanya di warung bakso, termasuk berbelanja ke pasar.

Baca juga: Pemuda Lempari Warung Bakso di Bantul, Diamankan Warga dalam Keadaan Mabuk

Ia pun menyadari bahwa generasi ketiga dalam bisnis keluarga menghadapi tantangan besar.

"Generasi ketiga itu paling riskan, risikonya tinggi. Tapi tergantung pendirian juga. Kalau mau bertahan, harus punya strategi. Tanggung jawabnya besar, tapi ilmu harus tetap berjalan," kata pria yang sedang menyelesaikan pendidikan S2-nya di Universitas Brawijaya Malang.

Baca juga: Pemuda Lempari Warung Bakso di Bantul, Diamankan Warga dalam Keadaan Mabuk

Setiap harinya, warung ini menghabiskan sekitar 80 kilogram daging, di mana satu kilogramnya bisa menghasilkan sekitar 80 butir bakso, tergantung kualitas daging.

Selain itu, warung ini terus berinovasi sesuai dengan permintaan pelanggan.

"Baru tahun 2006 nambah pangsit goreng karena permintaan pelanggan. Awalnya, papa bikin pangsit goreng untuk dimakan sendiri, eh malah laku sampai sekarang," sambungnya.

Baginya, mempertahankan bisnis bukan hanya soal menjaga resep turun-temurun, tetapi juga memahami ritme usaha dari produksi hingga pelayanan.

"Ada cara lama yang tetap kita jalankan, ada juga yang perlu diadaptasi dengan cara baru. Kita tidak menutup mata bahwa cara lama itu jelek, tapi perlu penyesuaian bertahap," kata Seto Sindu Mardi.

Salah satu strategi yang diterapkan adalah memahami pola konsumsi pelanggan di Malang, yang banyak dihuni mahasiswa.

"Misalnya, Senin kita produksi lebih sedikit karena orang baru memulai aktivitas. Sabtu dan Minggu beda lagi dengan produksi lebih banyak. Lalu musim hujan, musim liburan, semuanya ada pola yang harus dipahami. Ini enggak bisa dipelajari dalam satu-dua tahun," imbuhnya.

Seto Sindu Mardi generasi ketiga penerus kuliner legendaris kota Malang, Bakso Solo Kidul Pasar.KOMPAS.com/SUCI RAHAYU Seto Sindu Mardi generasi ketiga penerus kuliner legendaris kota Malang, Bakso Solo Kidul Pasar.

Berinovasi dengan sistem digital

Tak hanya itu, warung Bakso Solo Kidul Pasar ini juga mulai berinovasi dengan penggunaan bahan baku berkualitas lebih tinggi untuk meningkatkan rasa dan kekenyalan bakso.

Sejak 2023, Bakso Solo Kidul Pasar juga mulai menjual produk frozen yang bisa dikirim ke berbagai kota, bahkan hingga ke luar negeri seperti Italia dan Hong Kong.

"Awalnya, banyak pelanggan dari luar kota yang ingin menikmati bakso ini. Papa juga pernah bilang, 'Le, ini ada yang pesan frozen, gimana?' Akhirnya kita coba, meski banyak lika-likunya," ujar pria berkacamata itu.

Saat ini, menghadapi perkembangan zaman, Seto Sindu Mardi pun membawa warung bakso ini ke ranah digital tanpa mengorbankan esensi bisnis keluarga.

"Sekarang kita pakai website, Instagram, dan TikTok. Kita tetap pakai cara lama, seperti promosi dari mulut ke mulut, tapi ditambah digital marketing biar lebih luas jangkauannya. Prinsipnya naik sedikit tapi stabil. Kontennya juga kita buat apa adanya, enggak pakai gimmick," tuturnya.

Namun, satu hal yang pasti, usaha ini tidak akan dijadikan franchise. Bakso Solo Kidul Pasar hanya bisa ditemukan di empat lokasi di Malang.

"Dari dulu pesan kakek, jangan pernah ada orang lain yang ikut mengelola. Papa juga idealis, aku pun sama. Aku lebih memilih menjaga kualitas dan rasa daripada memperluas cabang sembarangan. Kalau ada rezeki buat buka lagi, ya buka, tapi dengan cara yang benar," ujar pria yang biasa disapa Sindu.

Meskipun sudah tersedia layanan online, mayoritas pelanggan tetap memilih datang langsung ke warung untuk merasakan atmosfernya.

"Apalagi yang dari luar kota, mereka ingin merasakan langsung atmosfernya. Setelah lihat rekomendasi di media sosial, mereka datang, makan di sini, terus upload. Itu juga membantu promosi kita secara organik," pungkasnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Wisatawan Lansia Dipungli 'Uang Pengawalan' Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Wisatawan Lansia Dipungli "Uang Pengawalan" Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Surabaya
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
Surabaya
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Surabaya
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Surabaya
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Surabaya
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Surabaya
Pelaku Pungli 'Uang Pengawalan' Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Pelaku Pungli "Uang Pengawalan" Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Surabaya
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Surabaya
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Surabaya
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar 'Uang Pengawalan', Penyandera Ditangkap
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar "Uang Pengawalan", Penyandera Ditangkap
Surabaya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau