Berbeda dengan saudara-saudaranya yang memilih karier sebagai dokter atau pegawai, ia justru tertarik untuk meneruskan bisnis keluarga.
"Dulu kakek yang babat alas, masak cucunya sendiri tidak ada yang mau meneruskan? Saya pribadi belum ada kepikiran untuk kerja di bidang lain. Pendirian saya tetap fokus ke dagang ini," imbuhnya.
Sejak kecil, ia sudah terbiasa membantu orangtuanya di warung bakso, termasuk berbelanja ke pasar.
Baca juga: Pemuda Lempari Warung Bakso di Bantul, Diamankan Warga dalam Keadaan Mabuk
Ia pun menyadari bahwa generasi ketiga dalam bisnis keluarga menghadapi tantangan besar.
"Generasi ketiga itu paling riskan, risikonya tinggi. Tapi tergantung pendirian juga. Kalau mau bertahan, harus punya strategi. Tanggung jawabnya besar, tapi ilmu harus tetap berjalan," kata pria yang sedang menyelesaikan pendidikan S2-nya di Universitas Brawijaya Malang.
Baca juga: Pemuda Lempari Warung Bakso di Bantul, Diamankan Warga dalam Keadaan Mabuk
Setiap harinya, warung ini menghabiskan sekitar 80 kilogram daging, di mana satu kilogramnya bisa menghasilkan sekitar 80 butir bakso, tergantung kualitas daging.
Selain itu, warung ini terus berinovasi sesuai dengan permintaan pelanggan.
"Baru tahun 2006 nambah pangsit goreng karena permintaan pelanggan. Awalnya, papa bikin pangsit goreng untuk dimakan sendiri, eh malah laku sampai sekarang," sambungnya.
Baginya, mempertahankan bisnis bukan hanya soal menjaga resep turun-temurun, tetapi juga memahami ritme usaha dari produksi hingga pelayanan.
"Ada cara lama yang tetap kita jalankan, ada juga yang perlu diadaptasi dengan cara baru. Kita tidak menutup mata bahwa cara lama itu jelek, tapi perlu penyesuaian bertahap," kata Seto Sindu Mardi.
Salah satu strategi yang diterapkan adalah memahami pola konsumsi pelanggan di Malang, yang banyak dihuni mahasiswa.
"Misalnya, Senin kita produksi lebih sedikit karena orang baru memulai aktivitas. Sabtu dan Minggu beda lagi dengan produksi lebih banyak. Lalu musim hujan, musim liburan, semuanya ada pola yang harus dipahami. Ini enggak bisa dipelajari dalam satu-dua tahun," imbuhnya.
Seto Sindu Mardi generasi ketiga penerus kuliner legendaris kota Malang, Bakso Solo Kidul Pasar.Tak hanya itu, warung Bakso Solo Kidul Pasar ini juga mulai berinovasi dengan penggunaan bahan baku berkualitas lebih tinggi untuk meningkatkan rasa dan kekenyalan bakso.
Sejak 2023, Bakso Solo Kidul Pasar juga mulai menjual produk frozen yang bisa dikirim ke berbagai kota, bahkan hingga ke luar negeri seperti Italia dan Hong Kong.
"Awalnya, banyak pelanggan dari luar kota yang ingin menikmati bakso ini. Papa juga pernah bilang, 'Le, ini ada yang pesan frozen, gimana?' Akhirnya kita coba, meski banyak lika-likunya," ujar pria berkacamata itu.
Saat ini, menghadapi perkembangan zaman, Seto Sindu Mardi pun membawa warung bakso ini ke ranah digital tanpa mengorbankan esensi bisnis keluarga.
"Sekarang kita pakai website, Instagram, dan TikTok. Kita tetap pakai cara lama, seperti promosi dari mulut ke mulut, tapi ditambah digital marketing biar lebih luas jangkauannya. Prinsipnya naik sedikit tapi stabil. Kontennya juga kita buat apa adanya, enggak pakai gimmick," tuturnya.
Namun, satu hal yang pasti, usaha ini tidak akan dijadikan franchise. Bakso Solo Kidul Pasar hanya bisa ditemukan di empat lokasi di Malang.
"Dari dulu pesan kakek, jangan pernah ada orang lain yang ikut mengelola. Papa juga idealis, aku pun sama. Aku lebih memilih menjaga kualitas dan rasa daripada memperluas cabang sembarangan. Kalau ada rezeki buat buka lagi, ya buka, tapi dengan cara yang benar," ujar pria yang biasa disapa Sindu.
Meskipun sudah tersedia layanan online, mayoritas pelanggan tetap memilih datang langsung ke warung untuk merasakan atmosfernya.
"Apalagi yang dari luar kota, mereka ingin merasakan langsung atmosfernya. Setelah lihat rekomendasi di media sosial, mereka datang, makan di sini, terus upload. Itu juga membantu promosi kita secara organik," pungkasnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang