SURABAYA, KOMPAS.com - Eri Cahyadi kembali terpilih menjadi Wali Kota Surabaya setelah mengantongi sebanyak 81,38 persen suara.
Dia unggul mutlak dari kotak kosong di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024.
Eri Cahyadi lahir dari pasangan suami istri, Urip Suwondo dan Mas Ayu Esa Aisjah, pada 27 Mei 1977.
Sang ayah merupakan seorang birokrat Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya.
Baca juga: Lakukan Efisiensi sejak 2023, Eri Cahyadi Sebut Pemkot Surabaya Hemat Rp 1 Triliun
Meski demikian, Eri sudah mencari uang sendiri ketika masih bersekolah di SMA Negeri (SMAN) 21.
Saat itu, dia berjualan sembako dan kambing agar tidak membebani orangtuanya.
Akan tetapi, Eri masih menekuni hobinya bermain bola voli di tengah kesibukannya belajar dan berdagang.
Namun, hal itu membuat gurunya marah karena dia berkeringat saat jam pelajaran.
Lalu, pria yang menghabiskan masa kecilnya di Jalan Kedung Tarukan, Tambaksari, itu memperoleh beasiswa D3 Fakultas Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya.
Kemudian, Eri mendapatkan kabar bahwa ayahnya didiagnosis menderita penyakit jantung setelah dua tahun kuliahnya.
Hal tersebut membuatnya berpikir untuk membiayai orangtuanya.
Baca juga: Tertawa Kolesterolnya Tinggi, Eri Cahyadi: Sebelum ke Sini Makan Dulu
Eri, yang waktu itu masih berusia 20 tahun, memutuskan untuk menjadi penjual alat kesehatan.
Dia menawarkannya di sejumlah rumah sakit yang tersebar di seluruh Surabaya.
Eri pun kerap mendapatkan penolakan dari beberapa dokter ketika menawarkan alat kesehatannya.
Sebab, rumah sakit juga tidak bisa menerima barang dari orang sembarangan.