Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berharap Pemerintah Tak Persulit Usaha, Pengecer Gas LPG: Kami Hanya Untung Rp 2.000 Per Tabung

Kompas.com, 4 Februari 2025, 17:15 WIB
Asip Agus Hasani,
Aloysius Gonsaga AE

Tim Redaksi

BLITAR, KOMPAS.com - Sejumlah pengecer gas LPG bersubsidi ukuran 3 kilogram di Blitar, Jawa Timur, menyambut baik keputusan pemerintah membatalkan larangan pengecer menjual gas LPG bersubsidi.

Para pengecer berharap pemerintah tidak lagi mengeluarkan kebijakan yang menyulitkan usaha kecil mereka, yang sebenarnya memberikan keuntungan yang tidak seberapa besar.

Endang, pemilik toko kelontong di Dusun Ngrebo, Kelurahan Gedog, Kota Blitar, mengungkapkan rasa senangnya setelah mendengar kabar mengenai pembatalan larangan tersebut.

"Sekarang suami saya sedang ke pangkalan untuk didata. Barusan kasih kabar kalau kami dapat jatah 25 tabung per minggu," ujar Endang saat ditemui Kompas.com, Selasa (4/2/2025).

Baca juga: Probowo Minta Kembali Pengecer Jual LPG 3 Kg, Fahira Idris Apresiasi dan Berikan Solusi

Kuota yang diterima Endang mengalami penurunan dari sebelumnya 30 tabung per minggu, setelah adanya peraturan baru yang berlaku mulai 1 Februari 2025, termasuk keputusan mengenai kenaikan harga gas LPG 3 kg bersubsidi.

"Ya gak apa-apa sekarang berkurang menjadi 25 tabung," tuturnya.

Endang menyambut baik keputusan pemerintah yang membatalkan pembatasan penjualan gas LPG bersubsidi hanya melalui pangkalan.

Ia berharap pemerintah tidak mengulangi kebijakan yang merugikan pelaku usaha kecil seperti dirinya.

Dengan harga gas LPG bersubsidi ukuran 3 kilogram yang dibanderol Rp 18.000 sejak 1 Februari, Endang akan menjual kepada konsumen seharga Rp 20.000 per tabung.

"Kami hanya ambil untung Rp 2.000 per tabung. Jadi per minggu total keuntungan hanya Rp 50.000," ungkapnya.

Endang juga mengakui bahwa pengecer lain mungkin akan menjual ke konsumen dengan harga lebih tinggi, yaitu Rp 22.000 per tabung atau bahkan lebih, terutama ketika stok di toko kelontong mereka habis dan terpaksa belanja ke sesama pengecer.

Baca juga: Aturan Baru LPG 3 Kg, Pedagang Tunggu Arahan Agen dan Stok Menipis

"Saya juga biasa melakukan hal tersebut saat stok habis terlalu cepat akibat peningkatan kebutuhan di masyarakat," tambahnya.

Sementara itu Ema, seorang pengecer di Desa Papungan, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar, menyatakan bahwa rumah tangga yang biasa membeli gas LPG bersubsidi tidak mempermasalahkan selisih harga antara satu pengecer dengan yang lain.

"Kalau sebelum 1 Februari pengecer menjual antara Rp 19.000 hingga Rp 21.000. Ada juga yang jual Rp 22.000. Tapi yang jual di atas Rp 20.000 biasanya pengecer yang ambil dari pengecer lain," tuturnya.

Ema memprediksi dengan kenaikan harga di pangkalan saat ini, variasi harga eceran akan bisa melebihi Rp 22.000 per tabung.

"Kalau warga sini beda seribu dua ribu tidak masalah yang penting bisa dapat barang. Kalau gak dapat barang kan gak bisa memasak," ujarnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau