Salin Artikel

Berharap Pemerintah Tak Persulit Usaha, Pengecer Gas LPG: Kami Hanya Untung Rp 2.000 Per Tabung

Para pengecer berharap pemerintah tidak lagi mengeluarkan kebijakan yang menyulitkan usaha kecil mereka, yang sebenarnya memberikan keuntungan yang tidak seberapa besar.

Endang, pemilik toko kelontong di Dusun Ngrebo, Kelurahan Gedog, Kota Blitar, mengungkapkan rasa senangnya setelah mendengar kabar mengenai pembatalan larangan tersebut.

"Sekarang suami saya sedang ke pangkalan untuk didata. Barusan kasih kabar kalau kami dapat jatah 25 tabung per minggu," ujar Endang saat ditemui Kompas.com, Selasa (4/2/2025).

Kuota yang diterima Endang mengalami penurunan dari sebelumnya 30 tabung per minggu, setelah adanya peraturan baru yang berlaku mulai 1 Februari 2025, termasuk keputusan mengenai kenaikan harga gas LPG 3 kg bersubsidi.

"Ya gak apa-apa sekarang berkurang menjadi 25 tabung," tuturnya.

Endang menyambut baik keputusan pemerintah yang membatalkan pembatasan penjualan gas LPG bersubsidi hanya melalui pangkalan.

Ia berharap pemerintah tidak mengulangi kebijakan yang merugikan pelaku usaha kecil seperti dirinya.

Dengan harga gas LPG bersubsidi ukuran 3 kilogram yang dibanderol Rp 18.000 sejak 1 Februari, Endang akan menjual kepada konsumen seharga Rp 20.000 per tabung.

"Kami hanya ambil untung Rp 2.000 per tabung. Jadi per minggu total keuntungan hanya Rp 50.000," ungkapnya.

Endang juga mengakui bahwa pengecer lain mungkin akan menjual ke konsumen dengan harga lebih tinggi, yaitu Rp 22.000 per tabung atau bahkan lebih, terutama ketika stok di toko kelontong mereka habis dan terpaksa belanja ke sesama pengecer.

"Saya juga biasa melakukan hal tersebut saat stok habis terlalu cepat akibat peningkatan kebutuhan di masyarakat," tambahnya.

Sementara itu Ema, seorang pengecer di Desa Papungan, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar, menyatakan bahwa rumah tangga yang biasa membeli gas LPG bersubsidi tidak mempermasalahkan selisih harga antara satu pengecer dengan yang lain.

"Kalau sebelum 1 Februari pengecer menjual antara Rp 19.000 hingga Rp 21.000. Ada juga yang jual Rp 22.000. Tapi yang jual di atas Rp 20.000 biasanya pengecer yang ambil dari pengecer lain," tuturnya.

Ema memprediksi dengan kenaikan harga di pangkalan saat ini, variasi harga eceran akan bisa melebihi Rp 22.000 per tabung.

"Kalau warga sini beda seribu dua ribu tidak masalah yang penting bisa dapat barang. Kalau gak dapat barang kan gak bisa memasak," ujarnya.

https://surabaya.kompas.com/read/2025/02/04/171523878/berharap-pemerintah-tak-persulit-usaha-pengecer-gas-lpg-kami-hanya-untung

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com