SUMENEP, KOMPAS.com - Menjadi tenaga pendidik di wilayah kepulauan tidak mudah. Sarana dan prasarana yang tersedia sering tidak memadai.
Sejak bertahun-tahun lalu, para guru yang mengajar di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Buddi, Dusun Tembang, Desa Buddi, Kecamatan Arjasa, Pulau Kangean, Kabupaten Sumenep, memilih menginap di rumah warga demi bisa tetap mengajar.
Hamsul (47), salah seorang guru Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K) di SDN Buddi, mengatakan, dia memilih menginap di rumah warga karena jalan poros kabupaten dari kecamatan menuju sekolah itu sangat sulit dilewati, terutama ketika musim hujan tiba.
Baca juga: Saat Damkar Sumenep Harus Tanggapi Curhat Galau hingga Laporan Prank...
Guru asal Desa Gelaman, Kecamatan Arjasa, Pulau Kangean ini menambahkan, ada sekitar 14 kilometer jalan poros kabupaten yang hingga kini belum pernah tersentuh pembangunan, baik pengerasan maupun pengaspalan jalan.
"Infrastruktur jalan itu sangat dibutuhkan, murid yang sekolah juga sangat membutuhkannya," kata Hamsul.
Baca juga: Pasutri Relawan Dapur Makan Bergizi Gratis di Sumenep Mengundurkan Diri karena Gaji Tidak Jelas
Jika sedang musim hujan, hanya sesekali Hamsul membawa kendaraan.
Untuk mengurangi risiko kecelakaan, kadang dia memilih berjalan kaki menuju SDN Buddi.
"Kalau jalan kaki butuh waktu sekitar empat jam," kata Hamsul saat berbincang dengan Kompas.com, Senin (3/2/2025).
Salah seorang guru SDN Buddi saat melewati jalan poros kabupaten menuju sekolah tersebutSaat menuju SDN Buddi, ia harus menyiapkan baju kotor. Sebab, jalan poros yang akan dia lalui penuh lumpur dan genangan air.
Melewati jalan berlumpur, Hamsul selalu berusaha berhati-hati. Namun, jika sedang apes, dia jatuh terpeleset dan seluruh pakaiannya basah dan penuh lumpur.
"Kalau bawa motor, pasti semuanya penuh lumpur," ungkapnya.
Sejak mengajar di SDN Buddi, Hamsul hanya pulang setiap akhir pekan. Biasanya, dia pulang pada hari Sabtu sore dan kembali ke SDN Buddi pada hari Minggu sore.
"Untuk jaga-jaga, kalau hujan deras sudah pasti terlambat ke sekolah, jadi memilih menginap," katanya.
Sementara itu, Abdur Rahem (48), salah seorang guru di SDN Buddi, juga menceritakan bahwa sejak dia mengajar di SDN Buddi, jalan poros yang ada memang sulit dilalui.
Guru asal Desa Longos, Kecamatan Gapura ini menjelaskan, pembangunan infrastruktur jalan menuju Desa Buddi masih belum memadai.
Dari arah Kecamatan Arjasa, hanya ada pengaspalan sepanjang dua kilometer.
Sementara dari Desa Buddi menuju Kecamatan Arjasa, hanya ada pengaspalan sejauh satu kilometer dan rapat beton sepanjang satu kilometer.
"Jadi, sekitar empat belas kilometer masih belum tersentuh pembangunan apapun," katanya.
Akibatnya, mobilitas ekonomi dan pelayanan kesehatan dari kecamatan menuju desa atau sebaliknya menjadi terkendala. Sebab, satu-satunya jalan poros kabupaten yang ada tidak bisa dilalui oleh kendaraan.
Mayoritas para guru yang mengajar di SDN Buddi, terutama mereka yang dari luar desa setempat, memilih menginap di sekitar sekolah. Di antara mereka ada yang ngekos di rumah warga yang jaraknya tidak jauh dari sekolah.
Ada pula yang istirahat atau bermalam di kantor sekolah dan pulang setiap akhir pekan.
Camat Arjasa, Aynizar Sukma, mengaku tidak tahu pasti jika ada sejumlah guru di SDN Buddi yang memilih menginap demi bisa tetap mengajar di sekolah itu.
Namun, Nizar, sapaan akrab Camat Arjasa itu, membenarkan bahwa jarak dari kecamatan menuju Desa Buddi harus ditempuh dalam waktu yang lama.
"Bahkan sebagian badan jalan belum terbentuk (menuju Desa Buddi). Belum ada pengerasan apapun," ujarnya.
Nizar menambahkan, jika sedang terjadi hujan, guru yang mengajar di Desa Buddi tidak mungkin pulang pakai motor, apalagi jalan kaki.
"Pasti malam kalau pulang dari sekolah," terangnya.
Terakhir, pembangunan jalan poros di Kecamatan Arjasa menuju Desa Buddi berupa proyek makadam yang dilaksanakan saat kegiatan TNI Manunggal Masuk Desa (TMMD) beberapa waktu lalu.
"Di situ juga dimasukkan proyek Kabupaten Sumenep, dari sisi Desa Buddi," pungkasnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang